the barking wolf

the barking wolf
not a lone wolf

Selasa, 22 November 2016

Cinta Pertama dan Terakhirku

Cinta pertamamu bagaimana?

Cinta pertamaku...kami memang tak bertemu lagi, sekian tahun lamanya. Tapi aku akan terus mengingatnya, terus belajar darinya sebagaimana mestinya cinta pertama.

Tiba-tiba mencintai sesama perempuan, aku yang sebelumnya sudah pacaran dengan dua laki-laki dan menganggap seorang laki-laki penting hadir sebagai cinta pertama, tentu menjadikanku menganggap ada sesuatu yang asing dalam diriku sendiri. Di sekelilingku melulu tentang perempuan yang mencintai laki-laki atau sebaliknya. Tak ada jejak lesbian atau gay. Tak ada contoh. Tak ada seorangpun untuk diajak bicara. Bahkan guru dan orang lain yang kuanggap bijak menyangkal bahwa akan ada sesuatu yang bisa kupelajari dari mencintai sesama perempuan dan mereka melarangku tahu lebih jauh.

Bagaimana mereka bisa tega melepaskanku pada sesuatu yang punya kemungkinan besar melukaiku, sedang mereka begitu mengenal dan menyayangiku? Dan aku tak memiliki pengetahuan yang mereka miliki.

Cinta pertamaku terhadap sesama perempuan terjadi di bangku sekolah menengah atas. Saat itu seragam belum seperti taplak meja. Ia sering hadir seperti mimpi dan hatiku rindu untuk selalu dekat dengannya. Kami tak pernah menjadi sahabat, aku selamanya bukan orang yang menyakiti diri sendiri, dan kami melewatkan satu sama lain seperti hari-hari biasa. Hatiku sibuk menyangkal. Berusaha keras dan sibuk mengekang. Ada hari-hari di mana kami menatap mata satu sama lain dengan istimewa namun selebihnya hanya rasa gamang. Otak dalam kepalaku menimbang-nimbang, apakah aku harus serius menyikapi perempuan di hadapanku sebagai satu obyek untuk dikejar dan ditanggapi, atau aku harus merelakannya karena aku sendiri tak mengerti apa yang kuinginkan darinya. "Apa yang kau inginkan dariku, Nay?" tanyanya waktu itu dan aku hanya tersenyum.

Dua tahun selepas perpisahan kami aku baru memiliki keberanian untuk mencicipi percintaan sesama perempuan. Dan aku mengerti mengapa waktu itu aku melawan.

Kini aku memiliki pengetahuan yang guru dan orang yang kuanggap bijak tidak miliki.

Dan kini aku mengontrol penuh kebijaksanaan yang kumiliki semenjak mencintai perempuan cinta pertamaku.

Dan aku punya uang. Dan aku punya kebebasan.

Melihat perjalanan di belakangku, apakah ini saatnya menyikapi dengan serius sebuah hubungan dengan sesama perempuan dan merubah segala hal yang kupikirkan tentang masa depan -terkait status dan keluarga-? Sudahkah aku memiliki cinta terakhir? Dan yang lebih penting dari semua itu, sudahkah aku memiliki keberanian?

Perjalananku dalam mencintai sesama perempuan mungkin bukan sesuatu yang berapi-api dan penuh petualangan, bukan sesuatu yang meledak-ledak dan sebentar, bahkan mungkin hanya gairah terselubung yang pelan membakar yang sekali itu terpercik dari sesama perempuan maka selamanya itu telah merubah seluruh mata pelajaran masa lalu yang mungkin tak menyimpan kenangan yang banyak cerita bahagia untuk dinikmati, tapi aku menjadi orang yang saat ini ada di hadapanmu, seseorang yang lebih baik.


You gave me the most breath taking of gifts and lessons. I wanted to learn and I will not deny my passion.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar