the barking wolf

the barking wolf
not a lone wolf

Selasa, 29 November 2016

7: Pada Akhir Pekan

Rabu merupakan hari Maya memberi kuliah.

Ia memulai hari dengan dosis teh hijau yang telah kembali normal, sebanyak saat ia bersama Rani dulu. Seperti biasa, ia datang pagi, menilai tugas mahasiswanya dan memeriksa kembali materi kuliah paginya.

Tiba-tiba telepon seluler Maya bebunyi.

Surat elektronik dari Dani berisi undangan untuk akhir pekan ini. Ia bilang Dian ikut, itu membuat Maya tersenyum.


----x----


Maya tiba lebih dini, Dani belum sampai rumah. Tapi Dian dan Luh sudah di depannya.

“Halo, mbak May. Kecepetan ya? Dani belum pulang,” Dian tersenyum padanya. Maya menyerahkan buah yang di bawanya. “Masuk aja, mbak. Luh mau bikin scone, itu camilan spesialisnya. Mungkin mbak May mau minta resep rahasianya.”

“Halo, mbak May. Masih ingat aku?” Sapa Luh dengan nada riang.

“Tentu saja. Herannya saya tidak ingat orang ini sama sekali,” Maya menunjuk Dian.

“Ah, anak bandel ini,” Luh menowel pipi Dian. “Dia jarang datang ke sekolah. Saat dia tertular virus ‘sekolah itu asyik pake banget’ dariku, dia mengalami kecelakaan yang bikin dia harus mengulang kelas.”

“Sayang sekali…,” Maya terkejut mendengar informasi itu.

“Sudah tidak apa-apa. Masa lalu.”

“Malah itu bikin kami jadi satu kelas,” Luh berkata sambil menyiapkan bahan untuk scone favorit Dian. “Ayo, Yan, bantu aku. Sudah bolak-balik kuajari cara bikin scone ini. Kalau lagi libur dari rumah sakit mestinya kamu belajar membuat camilanmu sendiri.”

“Aku nggak berbakat masak.”

“Nggak butuh bakat. Ya kalau nggak belajar mana bisa.”

“Aku cuma punya perut untuk menampung masakanmu, Luh. Mbak May, cobain deh kue-kue di toples. Di meja sana juga ada salad, sambil nunggu Dani datang mungkin mbak May mau ngemil.”

“Oke,” Maya mengambil kue dan terkejut saat lidahnya mulai merasakannya.

“Tuh, lihat reaksi mbak May, Luh, dia jatuh cinta sama camilanmu.”

Luh terkekeh dengan komentar Dian.

“Enak ‘kan, mbak?”

“Emmm…rasanya…rasanya pas,” May tidak yakin harus berkomentar apa.

Dian dan Luh tertawa oleh komentar Maya.

“Oke, oke. Dian, berhenti tertawa dan cepat bantu aku.”

“Ayooo masak. Aku ngomong bahan-bahannya ya, supaya kayak demo masak di televisi,” Dian melihat ke arah tangan Luh yang sibuk menyendok mentega, “Oke, itu…emmm…masukkan beberapa bundaran besar—yang kau buat dengan sendok—mentega ke dalam… Luh, kamu enggak menakar itu lebih dulu?”

Kedua tangan Luh tetap bekerja dan Dian makin kebingungan.

“Oke, itu bilangnya ukuran apa? Tiga sendok teh yang sedikit tumpah-tumpah?”

Maya terkekeh lembut pada komentar Dian. “Aduh duh. Dian versus Luh alias Nona Superchef.”

“Lihat mukanya yang melas itu, mbak May,” sambil bicara, tangan Luh belum berhenti bekerja.

Maya memperhatikan Dian yang mengekor gerakan Luh. Ia sendiri sedang membuat teh, keahliannya. Akhirnya, mereka menunggu scone matang.

“Heeei, kok sudah matang semua?” Dani masuk ke dalam ruang makan yang jadi satu dengan dapur bersama dengan Shiva, rekan kerja sekaligus kekasihnya.

“Syukurlah kamu sudah pulang. Aku lapar sekali,” ujar Dian setengah menjerit lega.

“Lho, Yan, kamu kan belum masak. Ini tadi masakanku semua. Khusus kamu, kamu harus masak sendiri kalau mau makan,” goda Luh.

Dian merengut pada Luh.


----x----


Maya pulang ke rumah dini hari, setelah menghabiskan Sabtu malam di kediaman Dian dan Dani. Merasa gerah, Maya menyegarkan diri di bawah semprotan air yang lembut. Tak lama kemudian ia sudah berada di kamar tidurnya untuk mengangkat telepon genggamnya yang berdering.



“Maya? Ayah Bilqis meninggal. Kamu enggak bantu-bantu ke rumahnya? Kami baru bisa pulang besok, penerbangan pertama.”

Jumat, 25 November 2016

How Am I Supposed to Live Without You? -Michael Bolton

I could hardly believe it when I heard the news today
I had to come and get it straight from
They said you were leaving, someone swept your heart away
From the look upon your face I see it's true

So tell me all about it, tell me about the plans you're making
Tell me one thing more before I go

Tell me how am i supposed to live without you?
Now that I've been loving you so long
How am I supposed to live without you?
And how am I supposed to carry on
When all that I've been living for is gone


I didn't come here for crying
Didn't come here to break down
It's just a dream of mine that's coming to an end
So how can I blame you when I build my world around the hope that some day we'll be so much more than friend

I don't wanna know the price I'm gonna pay for dreaming
Even now it's more than I can take

Tell me how am I supposed to live without you?
Now that I've been loving you so long
How am I supposed to live without you?
How am I supposed to carry on
When all that I've been living for is gone

I don't wanna know the price I'm gonna pay for dreaming
Now that your dream has come true

Tell me how am I supposed to live without you?
Now that I've been loving you so long
How am I supposed to live without you?
And how am I supposed to carry on
When all that I've been living for is gone

Rabu, 23 November 2016

Before I Go

Do you know that when a woman's suffered from prolonged unrequited feelings she starts to spitting flowers?

Di atas kereta yang membawa cemas dan harapan, aku mencoret tiap nama kota yang telah kulewati yang kutulis dalam kolom. Sepertujuh perjalanan berlalu sudah. Kantuk tak pernah menghampiriku dan kondisi dalam gerbong terlampau dingin. Mungkin karena di bajuku tersisa keringat setelah aku berlari dengan hak setinggi tujuh sentimeter satu blok sebelum stasiun karena jalanan terlampau macet dan jam keberangkatan terlampau dekat. Kolega-kolegaku menyambut di pintu gerbong untuk membantu angkat barang-barangku saat peluit akan ditiup. Adrenalin terjejak dalam butir-butir bening di kening dan punggungku. Sebagian kolegaku yang lain tersenyum menyambut kedatanganku, ada yang tertawa lega.

Tell me one thing more before I go.

Sebelum aku pergi, kekasihku meniupkan mantra dalam telingaku di sela-sela kami bercinta. Seperti deja vu tentang (mantan) kekasihku sebelas tahun lalu sebelum aku pergi dengan kereta untuk kota yang sama. Tiga kata yang (mestinya) ditukar oleh sepasang kekasih.

Tapi aku pamit tanpa sepatah kata. Aku sudah mendengarnya bermantra seribu malam lamanya, aku ingin ribuan malam sesudahnya. Dalam kereta hatiku meradang rindu, radang yang tak bisa didinginkan dengan berton-ton besi sedingin apapun. Kilometer-kilometer yang menjauhkanku dengan kekasihku dengan kekuatan yang menggetarkan pijakan kaki seolah mengingatkanku pada mimpi tanpa pondasi kenyataan.

Apa yang bisa kulakukan untuk membuat cinta kita selamanya, perempuanku?

Kemudian aku terbatuk. Dengan curiga kuintip telapakku dan terkejut. Melainkan kembang yang kulihat. Aku terbatuk lagi dan kelopak-kelopak bunga gugur.

Oranthoptysis. The spitting flowers illness.*

Aku menghela napas yang tak sengaja kutahan. Telepon selulerku bergetar dan sampai satu pesan menginginkan perpisahan. Airmata luluh di keheningan yang tiba-tiba, meski sebelumnya suara kereta memekakkan telinga.

Sebelum aku pergi dia masih kekasihku...


NB: *dirujuk dari Kaga's Flower Illness milik Nekomura

Selasa, 22 November 2016

Cinta Pertama dan Terakhirku

Cinta pertamamu bagaimana?

Cinta pertamaku...kami memang tak bertemu lagi, sekian tahun lamanya. Tapi aku akan terus mengingatnya, terus belajar darinya sebagaimana mestinya cinta pertama.

Tiba-tiba mencintai sesama perempuan, aku yang sebelumnya sudah pacaran dengan dua laki-laki dan menganggap seorang laki-laki penting hadir sebagai cinta pertama, tentu menjadikanku menganggap ada sesuatu yang asing dalam diriku sendiri. Di sekelilingku melulu tentang perempuan yang mencintai laki-laki atau sebaliknya. Tak ada jejak lesbian atau gay. Tak ada contoh. Tak ada seorangpun untuk diajak bicara. Bahkan guru dan orang lain yang kuanggap bijak menyangkal bahwa akan ada sesuatu yang bisa kupelajari dari mencintai sesama perempuan dan mereka melarangku tahu lebih jauh.

Bagaimana mereka bisa tega melepaskanku pada sesuatu yang punya kemungkinan besar melukaiku, sedang mereka begitu mengenal dan menyayangiku? Dan aku tak memiliki pengetahuan yang mereka miliki.

Cinta pertamaku terhadap sesama perempuan terjadi di bangku sekolah menengah atas. Saat itu seragam belum seperti taplak meja. Ia sering hadir seperti mimpi dan hatiku rindu untuk selalu dekat dengannya. Kami tak pernah menjadi sahabat, aku selamanya bukan orang yang menyakiti diri sendiri, dan kami melewatkan satu sama lain seperti hari-hari biasa. Hatiku sibuk menyangkal. Berusaha keras dan sibuk mengekang. Ada hari-hari di mana kami menatap mata satu sama lain dengan istimewa namun selebihnya hanya rasa gamang. Otak dalam kepalaku menimbang-nimbang, apakah aku harus serius menyikapi perempuan di hadapanku sebagai satu obyek untuk dikejar dan ditanggapi, atau aku harus merelakannya karena aku sendiri tak mengerti apa yang kuinginkan darinya. "Apa yang kau inginkan dariku, Nay?" tanyanya waktu itu dan aku hanya tersenyum.

Dua tahun selepas perpisahan kami aku baru memiliki keberanian untuk mencicipi percintaan sesama perempuan. Dan aku mengerti mengapa waktu itu aku melawan.

Kini aku memiliki pengetahuan yang guru dan orang yang kuanggap bijak tidak miliki.

Dan kini aku mengontrol penuh kebijaksanaan yang kumiliki semenjak mencintai perempuan cinta pertamaku.

Dan aku punya uang. Dan aku punya kebebasan.

Melihat perjalanan di belakangku, apakah ini saatnya menyikapi dengan serius sebuah hubungan dengan sesama perempuan dan merubah segala hal yang kupikirkan tentang masa depan -terkait status dan keluarga-? Sudahkah aku memiliki cinta terakhir? Dan yang lebih penting dari semua itu, sudahkah aku memiliki keberanian?

Perjalananku dalam mencintai sesama perempuan mungkin bukan sesuatu yang berapi-api dan penuh petualangan, bukan sesuatu yang meledak-ledak dan sebentar, bahkan mungkin hanya gairah terselubung yang pelan membakar yang sekali itu terpercik dari sesama perempuan maka selamanya itu telah merubah seluruh mata pelajaran masa lalu yang mungkin tak menyimpan kenangan yang banyak cerita bahagia untuk dinikmati, tapi aku menjadi orang yang saat ini ada di hadapanmu, seseorang yang lebih baik.


You gave me the most breath taking of gifts and lessons. I wanted to learn and I will not deny my passion.

Kamis, 17 November 2016

Lesbian Films, TV Series, Animes, Mangas, Comics and Books

I Can't Think Straight

Pertama kali nonton film ini sudah langsung jatuh cinta sama wajah pemeran utamanya. Bahasa tubuh dan komentar-komentar kecil yang cerdas dan lucu dari Tala, serta kegelisahannya.

Mungkin rumah produksi yang membuat film ini merupakan rumah produksi kecil, namun hasil darinya merupakan karya yang kelewat bagus untuk diabaikan. I Can't Think Straight dan the World Unseen merupakan dua karya yang sudah kulihat, keduanya bertema lesbian, dan aku puas dengan keduanya.

Tala is so yummy... (Tala dan Leyla)

Lisa Ray, aktris yang merupakan penyitas kanker, memerankan Tala dengan sangat cantik dan 'sangat cantik'. Leyla dan Tala bertemu ketika Ali, pacar Leyla, mengenalkan mereka berdua. Pertemuan berlanjut, dengan atau tanpa Ali. Jalan-jalan di Oxford membawa keduanya lebih dekat lagi, secara fisik juga, kemudian Tala memutuskan bahwa cinta mereka sekedar satu malam saja dan memilih melanjutkan pertunangannya dengan Hani.

Happy ending kok ini film, jangan kuatir. Tema yang berat disajikan dengan renyah oleh Shamim Sarif, and I dig this film!

Favorite scene: Tala saat berdialog dengan Leyla di tangga setelah pameran tentang Jordania. "Petra's lovely but there isn't much to say about Jordan...because it's me you're interested in."

Favorite quotes: "You know, you once told me to be more at ease with myself. Thanks to you, I am. I'm telling you the same thing."


Lost Girl


Their chemistry is a wow!

Bo, diperankan oleh Anna Silk, lari dan mencari tahu tentang dirinya setelah tidak sengaja membunuh kekasih laki-lakinya saat 'sibuk berduaan'. Mendapati dirinya bukan manusia, Bo bersumpah membantu orang yang membutuhkan, entah itu orang beneran atau orang jadi-jadian.

Oh Morrigan...I'd turn dark for you.

Serial TV ini terlalu banyak adegan cium dan hal-hal seksual yang not safe for work alias enggak pas dilihat waktu kerja. Musim empat menurutku yang paling seru. Musim terakhir adalah musim lima, serial ini sudah selesai masa tayang.

Come dance with the Morrigan and have fun.

Kalau lesbian merupakan referensi seksual kakak perempuanku, seri ini amat sangat cocok buat dia. Dia penggemar tipe tokoh utama yang punya banyak cewek/cowok (atau, kalau di sini jadinya pasangan seksual) tapi hanya satu orang yang bertahta di hatinya, buat Bo yaitu Lauren the doctor. Mungkin bisalah, secara sengaja terlihat tak sengaja, kuletakkan satu folder berisi ini serial di komputer dia siapa tahu kakak perempuanku yang enggak nikah-nikah itu sama seperti adiknya yang orientasi seksualnya enggak jelas. Bisalah. Bisa bikin aku mati berdiri, maksudku.

Anna Silk sebagai Bo Dennis (rambut coklat gelap) sang succubus dan Zoei Palmer sebagai dr. Lauren Lewis.

Oh Frank, I love Anna Silk's cleavage. I love thousands of bra display (and panties), gorgeous women in night gowns, Emmanuelle Vaugier/The Morrigan's toned stomach and heartbreaking smile (favoritnya Cuka, aku baru suka The Morrigan pas di musim 4 tapi aku selalu suka suara dan cara bicaranya), Kenzi's extensive wardrobe, Kenzi's porcelain face (I ogle Soviet girl's face), long and toned legs display, Kenzi and Bo's friendship/sisterhood dan banyak lagi yang kusuka dari seri ini di luar logika dan plotnya.

This is how I dance Dyson's dance every time I watch Bo and Lauren together together, not just together.

Favorite quotes: season 4 episode 5 Let the Dark Times Roll.
the Morrigan: “Boring. What’s next? Are you gonna braid each other’s hair? Scissor already!”
Bo: 'If we'd wanted an audience, we would've charged admission."
the morrigan: "And at this rate, I would have asked for a refund."

Skor buat the Morrigan, Bo langsung speechless dapat 'smash' dari the Morrigan. Gimana enggak syok, wong selama ini Bo selalu dianggap menarik dan seksi dan sensual terus dibilang membosankan oleh the Morrigan hahahaha...


Kannaduki No Miko/Kannazuki No Miko

Kannaduki No Miko merupakan adaptasi anime dari manga dengan judul yang sama. Bercerita tentang usaha Himeko Kurusugawa dan Chikane Himemiya sebagai pendeta wanita yang berusaha membangkitkan dewa pedang Ame No Murakumo dalam usaha membasmi kekuatan jahat yang disebut Orochi.


Chikane Himemiya (rambut gelap) dan Himeko Kurusugawa.

Chikane jatuh cinta pada Himeko, namun harus memendam perasaannya saat Himeko mulai berkencan dengan Soma Ogami. Konflik mulai merambati hati Chikane, karena cemburu dan karena cinta, setelah seluruh ingatan kehidupan yang lalunya kembali kemudian membuatnya menyeberang ke sisi Orochi dan menjadi pionnya yang paling kuat.


Garis Tepi Seorang Lesbian/Ashmora Paria oleh Herlinatiens

Judulnya lumayan berani untuk kategori orang Indonesia yang kebanyakan merasa kata lesbian adalah tabu bahkan bagi lesbian itu sendiri dalam mengucapkannya. Kebayang donk gimana sembunyi-sembunyinya aku beli ini zaman baheula saat judulnya masih mengandung kata lesbian dan bagaimana aku menyampulinya dengan sampul Hello Kitty.



Entah mengapa aku merasa, sekalipun puitis, novel ini sangat 'marah'.

Paria, lesbian dalam penantian tentang kabar kekasihnya Rie, digambarkan sebagai perempuan yang menarik dan pencuri kekasih orang. Mahendra, lelaki yang dicurinya, melamarnya dengan keinginan tanpa melepaskan Paria lagi. Sebelum Paria benar-benar resmi terikat dengan Mahendra, Rie memberi kabar. Manakah yang bakal dipilih Paria? Mahendra atau Rie?



What Does the Fox Say? by Tim Gaji

Aku kurang menyukai hubungan seksual lesbian yang dieksploitasi. What Does the Fox Say? berasal dari Korea, bercerita tentang cinta segitiga dalam satu tempat kerja. Sampai sekarang belum jelas siapa sebenarnya the Fox, namun kemungkinan si perempuan rambut pirang atau blonde. Para penggemar membagi diri menjadi team pink, team blonde, team black dan sekarang muncul team gray. Semua berdasarkan warna rambut tokoh favorit. Aku pribadi suka si rambut merah muda, tapi aku tidak terlalu menyukai komik satu ini karena terlalu 'cowok'.


Blonde, black or pink?


Saving Face

Bercerita tentang kehidupan orang China di Amerika, Saving Face ini masuk satu dari film favoritku. Tokoh utamanya seorang dokter bedah, lawan mainnya adalah seorang penari yang merupakan anak dari bos dokter bedah tersebut.

Vivian sang penari dan Wil sang dokter bedah.

Seperti judulnya, film ini menceritakan liku-liku hidup orang tradisional di antara modernitas yang menggerus peradaban mereka. Ibu dari tokoh utama hamil di luar nikah di saat anaknya sudah berusia dua puluh sembilan tahun. Demi menyelamatkan muka sang kakek (dan supaya tidak diusir dari rumah serta demi menjaga supaya tetap diterima dalam lingkungan sosial orang China), anak dan ibu tersebut mencari calon ayah bayi lewat kencan demi kencan.

Wil dan Vivian.

Film ini lucu, segar, membumi, cerdas, tidak banyak hal abstrak atau renungan seperti kebanyakan film buatan orang China (dan Asia), namun meski terlihat ringan sebenarnya banyak hal tabu yang ditawarkan dalam plot cerita dan cerita tentang keberanian mendobrak dinding-dinding pembatas di sekitar lingkungan kita.


The L Word

Serial TV ini membuat seolah seluruh perempuan suka perempuan. Berakhir di musim enam, aku hanya menonton sampai musim tiga, berhenti setelah sang petenis, Dana, meninggal karena kanker. Musim yang paling kusukai yaitu pertama dan ketiga.


I don't even remember their name, dude!

Inti dari seri ini adalah lesbian dan segala tetek bengek kehidupannya. Cukup membosankan untuk enam musim.


Mai HiME

Mungkin ini bukan satu-satunya dalam list ini yang sangat tidak lesbian, namun anime ini menyumbang satu pasangan lesbian paling tenar di jagad yuri: Shizuru dan Natsuki. Sekuel dari anime ini, Mai Otome, tidak terlalu menggambarkan hubungan Shizuru dan Natsuki, namun ada adegan di mana Shizuru 'tidur' dengan Tomoe.

Mai HiME casts?

Bercerita tentang Mai Tokiha, murid pindahan yang merupakan HiME yang terakhir bangkit kekuatannya. Ada dua belas perempuan antara 14-20an tahun yang memiliki kekuatan magis yang bisa men-summon elemen dan robot besar disebut child. Awalnya mereka berpikir bahwa kekuatan mereka digunakan untuk membasmi orphan yang berwujud monster yang berbuat kekacauan. Setelah bahu-membahu, ternyata mereka baru mengerti bahwa tujuan HiME sebenarnya adalah saling bertarung hingga tersisa satu HiME sebelum Carnival berakhir. Dan bayaran apabila mereka kalah adalah jiwa orang yang paling berharga bagi mereka. Bisa ibu, kekasih, kenangan tentang keluarga ataupun sahabat.


Club Camilan; 20, 30, 40Flambe oleh Club Camilan Sepocikopi

Club Camilan dan 20, 30, 40 bercerita tentang kisah tiga orang. Perempuan. Lesbian. Buku terbitan Gramedia ini berawal dari blog camilan sepocikopi yang merupakan sub blog dari majalah online lesbian sepocikopi.com yang hadir sejak tahun 2007. Sayang sejak bulan Januari 2016 blog ini tidak bisa diakses, kemungkinan diblokir oleh pemerintah Indonesia setelah legalitas pernikahan sesama jenis di Amerika sah. Aku benar-benar kehilangan bacaan yang menyenangkan dengan tidak hadirnya sepocikopi.




Cerita renyah dan membumi oleh Club Camilan membuat orang bisa mengintip kehidupan lesbian sehari-hari di kota besar Indonesia. Banyak hal nyata yang ditulis di sana, termasuk perasaan dilema, mimpi, cinta yang penuh harapan, pengkhianatan, sampai cinta yang mbulet sama orang itu-itu saja. Sebenarnya ya hal ini terjadi pada cinta orang heteroseksual kok!

Satu lagi persembahan sepocikopi adalah Un Soir du Paris. Dengan banyaknya buku lesbian yang gaya berceritanya lumayan baik, namun tidak banyak buku gay yang demikian, terlebih muncul dari satu web yang sama yaitu sepocikopi ini menimbulkan rasa heran di benakku, apakah banyak penulis Indonesia yang diam-diam lesbian?




Beloved/Dear L by Jaeliu

Komik dari China yang bercerita tentang dokter mata Weiwei berusia tiga empat tahun yang tidak sengaja meniduri gadis 16 tahun. Komik ini kutemukan saat menjadi anggota dari grup facebook untuk What Does The Fox Say? yang merupakan komik Korea yang tidak sengaja kutemukan saat mengikuti seri Fluttering Feelings. Fluttering Feelings sendiri serinya berhenti setelah pengarangnya terdiagnosis kanker saluran cerna dan menjalani masa pengobatan.




Yang membuatku tertarik di antara sekian banyak komik lesbian yang menjamur di Comico dan Lezhin adalah gambar dari sang pengarang. I just love the art. Ceritanya barangkali memang unik, tapi cara pengarangnya menggambar menurutku adalah yang paling istimewa.

Favoritku yang lain adalah The Daily Witch dan banyak teman grup menyarankan The Love Doctor. Favoritnya Jacqui yaitu Their story. Semuanya bisa dibaca di Comico atau Lezhin.


Loving Annabelle

Film ini bercerita tentang Annabelle Tillman, gadis SMA yang baru pindah sekolah setelah mengalami masalah di sekolah-sekolah sebelumnya. Wali asrama Annabelle adalah Simone Bradley, guru sastra di kelas Annabelle.


Simone Bradley (rambut pirang) dan Annabelle Tillman.

Sebagai murid yang 'sulit', Annabelle mendapat perhatian khusus dari kepala asrama dan Simone. Simone aktif membujuk Annabelle untuk mengikuti peraturan sekolah/asrama, sedang Annabelle menikmati perhatian itu dan tertarik kepada Simone. Tak lama, hubungan mereka kemudian menjadi cinta terlarang yang akhirnya ketahuan pihak sekolah, Simone dijerat skandal meniduri anak di bawah umur.


Orange Is the New Black

Serial TV ini berkisah tentang kehidupan Piper Chapman, berdasarkan buku memoir oleh Piper Kerman, dalam menjalani masa hukuman di penjara wanita. Piper menjadi kurir uang narkoba (narkotik dan bahan adiktif) untuk kekasihnya Alex, momen yang menjadikannya terdakwa itu terjadi sepuluh tahun sebelum menjalani masa hukuman. Selain tentang Piper dan Alex dalam penjara wanita yang sama, Orange Is the New Black menceritakan kisah berbagai tokoh dalam penjara wanita tersebut, berupa ulasan balik di sela-sela cerita saat ini.


Piper Chapman (blonde) and Alex Vause are having eye sex.

Serius menawarkan sisi manusiawi dari penjara wanita, tak heran serial ini mendapat respon positif dari berbagai pihak.


Revolutionary Girl Utena dan Adolescence of Utena/Revolutionary Girl Utena: the Movie

Versi bioskop dari anime ini merupakan inti cerita dari serial TVnya tapi juga memiliki pungkasan tersendiri dengan inti yang sama. Komiknya menurutku berbeda daripada animenya terutama pada hubungan Anthy dan Utena. Bercerita tentang Utena murid baru yang bercita-cita menjadi 'pangeran' setelah terinspirasi oleh Touga, 'pangeran' berambut merah.

Utena bertemu dengan Anthy dan memenangkan duel pedang yang tidak ia ketahui harga kemenangannya. Pada serial TVnya diceritakan akhirnya Utena menjadi tumbal yang ditusuk oleh jutaan pedang menggantikan Anthy yang manipulatif dan menghilang dari Akademi Ohtori, sedang versi bioskopnya Utena mengajak Anthy keluar dari Akademi Ohtori untuk membuat jalan (hidup) sendiri.


Anthy (rambut ungu) dan Utena.

Anime ini sangat surreal, bergaya fairy tale, membingungkan untuk orang yang praktis macam diriku, namun setelah berkali-kali nonton dan banyak membaca akhirnya aku mengerti makna anime ini.

Anime ini mengajarkanku bahwa femininitas (ini kata apa, ya? ya pokoknya itulah maksudku) juga menjanjikan rasa aman, tidak melulu maskulinitas.


666 by Linna Wongwantanee

Buku satu-satunya oleh pengarang favoritku, Linna. Bukan karyanya yang terbaik, namun sepertinya menulis memang bukan passion pengarang satu ini. Banyak karyanya yang belum selesai dan aku adalah salah satu penggemar yang setia menanti keinginan untuk menulis (dan kegiatan menulis yang dia lakukan) kembali. Hampir dua tahun setelah karya bersambungnya (yang belum selesai) dia perbarui namun, namanya juga cinta, aku tetap akan menunggunya melanjutkan cerita.



666 merupakan karya fanfiksi oleh nama pena Uhaku, diunggah kali pertama pada fansite dari grup penyanyi t.A.T.u, kemudian nama tokoh-tokohnya diganti. Bercerita tentang Inna dan Veronika dalam menghadapi cinta yang bersemi di antara mereka. Plotnya gelap dan keras kepala.


Yagate Kimi ni Naru by Nio Nakatani

Yuu Koito yang baru saja masuk SMA sedang mencari cara untuk menolak laki-laki yang menyatakan cinta padanya saat perpisahan SMP. Sebenarnya Yuu suka dengan laki-laki ini, tapi merasa perasaan itu tidak cukup. Secara tak sengaja saat mencari ruang OSIS ia menyaksikan Nanami Touko, calon ketua OSIS di SMA barunya, menolak dengan baik laki-laki yang menyatakan cinta padanya dan Yuu menjadi tertarik untuk belajar dari Nanami.

Tak disangka-sangka, Nanami kemudian malah menyatakan perasaan pada Yuu.


Nanami Touko (rambut hitam) dan Yuu Koito.

Ketua OSIS yang lesbian marak terjadi di dunia manga (di dunia nyata, di Seoul National University ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) terpilih November tahun lalu juga lesbian). Tapi favoritku adalah Shizuru Fujino. Tapi Nanami ini juga cukup menarik, kompleksitas dan kerasnya dia berusaha serta, seperti Shizuru Fujino, dia bisa memanipulasi kata-kata yang tidak menyenangkan menjadi terdengar manis.


The Handmaiden


Diadaptasi dari novel Fingersmith oleh Sarah Waters, film ini berlatar sekitar masa pendudukan Jepang di Korea. Aku sebenarnya tidak menyukai film ini, kecuali sinematografinya yang apik, karena menurutku film ini terlalu 'cowok'. Maksudku di sini adalah film ini memuaskan laki-laki daripada perempuan, menurutku sangat kehilangan roh lesbiannya. Tapi teman lesbianku banyak yang menggandrungi film ini, jadi mungkin ya hanya perasaanku saja yang mengira film ini begitu laki. Bagiku mini serial adaptasi buku ini yang dibuat oleh BBC lebih bagus daripada versi Korea.


Agassi atau The Handmaiden dengan tokoh utama Sook-hee dan Lady Hideko.

Sebenarnya plot the Handmaiden lebih bagus daripada Fingersmith. Lebih sederhana dan mengena. Trik dari kedua perempuan ini lebih tidak drama daripada buku. Aku tidak menyukai cara Lady Hideko membaca novel erotis dalam bahasa Jepang, menurutku tidak menggoda sama sekali malah seperti orang tua dan tercekik.


Adaptasi Fingersmith oleh BBC.

Jejak kekerasan Old Boy masih terasa di film ini, namun aku tidak ada komplain mengenai hal itu.


South of Nowhere

Serial TV ini cukup lawas, bercerita tentang Spencer Carlin dan Ashley Davis, pasangan lesbian muda, dalam kehidupan sehari-hari. Spencer murid baru pindahan bertemu dengan Ashley kali pertama dengan kesan tidak menyenangkan. Kemudian mereka bertemu lagi saat Spencer nonton saudaranya latihan basket dan mulai saling berkenalan. Semenjak itu mereka seperti dua kutub yang menarik satu sama lain.


Spencer Carlin (rambut pirang) dan Ashley Davis.

Tema yang dibahas serial ini sejatinya cukup berat, obat terlarang, cinta segitiga, hamil saat SMA, penembakan dan school on lock-down, lesbian, masalah orang tua dan anak, dan sebagainya. Sebenarnya serial ini cukup menarik, ada tiga musim yang patut ditonton.


Sailor Moon/Sailor Moon Crystal


Sama seperti Mai-HiME, Sailor Moon bisa jadi merupakan satu dari yang paling tidak lesbian di sini. Serial TV ini sangat tenar, Sailor Moon versi 1990an tidak secara eksplisit menggambarkan hubungan Haruka Tenoh dan Michiru Kaioh alias Sailor Uranus dan Sailor Neptunus, namun versi Crystal ada adegan di mana Haruka mencium Usagi (sesuai dengan manga milik Naoko Takeuchi).


Michiru Kaioh/Sailor Neptunus (rambut hijau laut (hijau laut???)) dan Haruka Tenoh/Sailor Uranus.

Seri manga-nya, berdasarkan pernyataan Neptunus, Haruka adalah laki-laki dan perempuan. Dia adalah satu Sailor yang memadukan kekuatan keduanya. Pada anime klasik, hal ini berlaku pada trio Star Lights, di mana dalam kehidupan sehari-hari mereka laki-laki dan saat menjadi Sailor baru berubah perempuan.

Anime ini menceritakan petualangan Usagi Tsukino alias Sailor Moon dan kawan-kawan dalam membasmi kejahatan.

Aku sedang menyukai www.tuxedounmasked.com yang merupakan 'penyelidik' hal-hal di dalam anime/manga Sailor Moon. Just read it, for fun.


Lies We Tell Ourselves by Robin Talley

Ini adalah buku favoritku tahun 2015. Kemungkinan akan kubahas dalam ulasan tersendiri nanti. 



Tahun 2014 buku favoritku adalah Curious Wine oleh Katherine V. Forrest.



Latar buku Curious Wine adalah tahun 1960-1970an, di mana gegap homoseksual sedang bergairah di San Francisco, kota asal Lane dan empat tokoh lain dalam buku, kota di mana akhirnya Diana tinggal bersama kekasih perempuannya.

Tujuh orang yang sedang menikmati liburan di Lake Tahoe bertemu dan sebagian tinggal dalam sebuah kabin milik satu dari dua perempuan bersaudara. Sejak pertemuan pertama, Lane sudah mencuri perhatian Diana dengan cepat. Aku sangat menikmati pergulatan Diana dan bagaimana dua orang ini berinteraksi. Aku suka dialog dan bagaimana pengarang mengalirkan cerita dengan alamiah. Salah seorang temanku juga bilang buku ini klasik lesbian yang sangat bagus. Buku ini sangat aku sarankan.


Lily Love dan Pulse by Ratana Satis


Berasal dari Thailand, komik ini berasal dari tangan pengarang yang sama.


Donut (rambut coklat) dan Mew dalam Lily Love.

Lily Rose menceritakan tentang hubungan cinta Donut dan seniornya, Mew. Kemudian mereka terpisah saat Mew sekolah ke luar negeri.


Lynn (rambut pirang) dan Mel dalam Pulse.

Pulse bercerita tentang dokter ahli bedah (enggak jelas bedah apa, katanya sih spesialis bedah Thoraks dan Kardiovaskuler) yang hobi gonta-ganti cewek dan seorang pasien jantung. Baik Lily Love maupun Pulse aku tidak terlalu suka.


Blue Is The Warmest Color


Blue Is the Warmest Color bisa menjadi gambaran nyata dari gilanya jatuh cinta. Diadaptasi dari novel grafis karya Julie Maroh, film ini secara keseluruhan sebenarnya bagus. Akting dari para aktrisnya juga istimewa, sayang sudut pandangnya seperti the Handmaiden: cowok.


Adele dan Emma (rambut biru).

Film ini menceritakan bahwa sekalipun cinta ada di hati dua orang, tetap ada rasa insecure -tidak aman- dalam sebuah hubungan bertahun-tahun dengan banyak cinta di dalamnya. Bisa jadi karena lingkungan di sekitar orang yang dicintai, bisa jadi lingkungan di sekitar dua orang yang saling mencintai, bisa jadi pekerjaan, bisa jadi keluarga yang menjadi jurang pemisah yang tak bisa lagi dijembatani. Seseorang bisa memilih untuk dengan gagah berani mengutarakan ada sesuatu yang salah dari hubungan mereka yang kuat, lalu berusaha memperbaiki, mencari banyak jalan untuk tetap bersama, atau seseorang bisa dengan pengecut melakukan sesuatu di belakang pasangannya -atas nama insecurity- lalu berusaha menutupinya atas nama kebersamaan.

Jatuh cinta itu mudah. Merawat cinta? 

Film ini tak cocok ditonton sambil kerja karena banyak adegan seks mirip film porno.


The Legend of Korra

Sebelum Amerika Serikat sah melegalkan pernikahan sesama jenis, Korra hadir dalam animasi yang dinikmati anak-anak dan remaja. Langkah yang cukup berani diambil Nickelodeon, namun terbukti mengukir sejarah sebagai serial TV kartun yang mengekspresikan cinta lesbian (lebih tepatnya biseksual, sih) pertama untuk anak dan remaja. Sebenarnya lesbiannya hanya tersirat saja, sih, menurutku. Seri ini seperti Mai-HiME dan Sailor Moon, kurang lesbian dibanding yang lainnya.

Bercerita tentang Korra dan perjalanannya menjadi Avatar yang menyatukan dunia yang terbagi menjadi empat negara. Korra dibagi dalam empat musim, total episodenya lima puluh dua. Musim terakhir didistribusikan dalam bentuk online.


Asami Sato (rambut panjang) dan Avatar Korra dalam sebuah kencan di dunia arwah, post-series.

Korra mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak seperti halnya kartun pendahulunya yaitu Avatar: the Last Air Bender.


Batwoman by DC Comics

Awal mengikuti petualangan pahlawan bertopeng Batwoman yang aslinya bernama Katherine Kane ini karena aku sangat terpesona dengan gaya gambar J. H. Williams III. Renee Montoya alias the Question dan Maggie Sawyer sebenarnya keduanya pas untuk Kate. Renee merupakan kekasih yang pertama kali dikenalkan dalam komik Batwoman yang juga merupakan seorang pahlawan bertopeng, tentu saja mempunyai kisah yang lebih panjang dan dilematis daripada Maggie, namun aku merasa dengan Maggie-lah Kate benar-benar memiliki 'rumah'.


Katherine 'Kate' Kane (rambut merah) dan Renee Montoya.

Sejak Williams dan DC tidak mempunyai kata sepakat tentang hubungan asmara Kate dan Maggie ke jenjang pernikahan, aku tidak mengikuti serial ini lagi. Menurut DC, "Heroes shouldn't have happy personal lives."


Maggie Sawyer dan Batwoman.



She Came at Dawn by Katja Michael

She Came at Dawn adalah satu dari fanfiksi favoritku tahun 2013. Melissa, cewek it girl di kampus yang sudah memiliki kekasih bernama Greg dan masa depan sempurna mendadak jatuh cinta pada Laila tanpa disadarinya. Ia berusaha menolak dan menyangkal perasaannya sendiri, namun semakin lama semakin dekat dengan Laila dan Melissa semakin tak bisa mengontrol perasaannya saat gayung bersambut.


Apa yang digambarkan Saman sangat tepat untuk menyimpulkan cerita buku ini: "But finding a husband is like finding a dining suite that suits both your room and your finances. We venture forth with our specifications and our budget. On the other hand a lover appears out of the blue like a painting that unexpectedly captures our heart. We simply must have it and we redesign the whole room to suit it. There's nothing wrong with love. It fills up something that wasn't empty in the first place."

Senin, 14 November 2016

A Necessary Evil

Berpisah dengan begitu banyak teman lesbian yang pernah sejalan pada tahun ini sebenarnya sudah tidak begitu mengejutkanku. Sejalan dengan waktu, lesbian yang dulu berseberangan bisa kemudian menjadi teman, yang menjadi teman bisa sekedar menjadi masa lalu yang paling jauh dari kita. Berteman sesama lesbian memang tidak harus, tidak musti, tapi kadang menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan.

Sampai satu pesan dari orang lama yang dulu jelas tampak tak bahagia lalu dia memutuskan pergi. Hidupnya mulai tertata sekarang, demikian dia memberi kabar, dan ingin bertemu untuk sebuah pengingat pertemanan dan aku menolak. Kubilang, "Take all time and lesson you need. We're fine this way."


I'm hoping that after this fever I'll survive

Satu pelajaran yang sangat ingin kukuasai hingga sekarang yang diberikan oleh cinta pertamaku adalah pelajaran untuk melepas pergi. Cinta atau persahabatan, keduanya bila gagal akan menggoreskan luka. Dan aku tidak ingin melukai sahabat itu lagi. Aku tidak ingin mendapat kredit dari apa yang tidak ingin kulakukan terulang lagi.

You are always sorry. You think it's easy doing the right thing? You think it's easy to clean up the mess when your dearest people gave you up and left you stranded? You know how easy it would be to do the wrong thing -to fled, to hide, leaving the broken pieces behind, yeah everybody loves a fresh start-, with all the knowledge and pain in your brain, how good that would feel. You know I was not afraid to leave everything behind, I just chose to be the one with the memory...and strength.

Cukuplah aku menjadi kenangan. Dan pelajaran yang tak terlupakan. Dan mereka menjadi kenangan. Dan pelajaran yang tak terlupakan.

Kamis, 03 November 2016

Stone Cold -Demi Lovato

Stone cold
Stone cold
You see me standing
But I'm dyin' on the floor
Stone cold
Stone cold

Maybe if I don't cry
I won't feel anymore

Stone cold
Baby
God knows I try to feel
Happy for you
Know that I am
Even if I can't understand
I'll take the pain
Give me the truth
Me and my heart
We'll make it through
If happy is her
I'm happy for you



Hmm, mm-mm, mm


Stone cold
Stone cold
You're dancing with her
While I'm staring at my phone
Stone cold
Stone cold
I was your amber, but now
She's your shade of gold


Stone cold
Baby
God knows I try to feel
Happy for you
Know that I am
Even if I can't understand
I'll take the pain
Give me the truth
Me and my heart
We'll make it through
If happy is her
I'm happy for you


Don't wanna be stone cold
Stone
I wish I could mean this
But here's my good-bye
Oh, I'm happy for you
Know that I am
Even if I can't understand
If happy is her
If happy is her
I'm happy for you.

Season of Love

Words can't describe how I miss you, Daddy...

I want to be the light that shine on you when you float on the sea of uncertainty
Nothing in between us,
as long as I pray,
nothing in our way.

Father and Daughter

By the old pilgrim I take a bow
Every day I renewed my vow
as you lived in the next journey before the longest
I'll bow grave thanks, celebrate years in life of dearest father

Because nothing can replace what I missed