the barking wolf

the barking wolf
not a lone wolf

Rabu, 25 Januari 2017

Ulasan Film Pariah: Konflik Butch Remaja

Pariah (2011) menceritakan tentang Alike, remaja 17 tahun yang hidup bersama kedua orang tua dan adik perempuannya, yang sedang mengalami konflik dalam keluarga dan diri sendiri. Alike mengidentifikasikan diri sebagai butch yang suka menggunakan pakaian luar dan pakaian dalam laki-laki, namun ibunya yang bernama Audrey tidak menyukai hal itu dan pergaulan Alike dengan teman sesama butch, Laura.

Untuk 'menormalkan' Alike, Audrey kerap memaksa Alike memakai rok dan menghabiskan waktu bersama teman satu gereja bernama Bina. Mempunyai hobi yang sama yaitu menulis dan mendengar musikus yang sama, keduanya menjadi 'klik' dan konflik di sekitar Alike semakin menjadi saat Bina menciumnya dan Laura menjauhinya.

Hubungan Alike lebih baik dengan ayahnya daripada ibunya. Ibunya memaksa sang ayah 'memperbaiki' Alike tapi laki-laki tersebut merasa tak ada yang salah dari puterinya. Ayah Alike hanya merasa bahwa anak pertamanya itu sedang dalam sebuah fase yang takkan menetap selamanya, dan menyangkal bahwa Alike lesbian. Ayah Alike kuatir terhadap sikap teman-temannya di toko minuman keras seberang 'klub wanita' yang sering mengejek butch yang membeli minuman di sana sebab hal tersebut bisa mengarah kepada kekerasan mengingat mereka hidup dalam lingkungan yang keras.


Dialog dan plot dari Pariah sangat natural dan jeli. Dee Rees bisa dibilang penulis dan sutradara yang istimewa dan punya potensi sangat baik dengan merujuk film ini. Akting para pemain begitu alami dan aroma kehidupan sehari-hari begitu terasa. Aku terkejut melihat Aasha Davis sebagai Bina yang wajah babyface-nya tak berubah sejak South of Nowhere lebih dari sepuluh tahun lalu, hanya lebih tidak memakai rias.

Film ini betul-betul layak tonton, terutama untuk mereka yang pernah mengalami bermacam-macam konflik terkait kelesbianannya. Penolakan keluarga, mengambil keputusan penting dalam hidup dan bagaimana memulai hidup sendiri akan terasa sangat emosional, belum lagi konflik batin dan rasa dipermainkan oleh perempuan lain. Film ini merujuk konflik nyata yang dialami butch remaja, sebagian sangat menyakitkan, namun bila berhasil melewati semua itu dengan baik maka sang kepompong akan menjadi kupu-kupu yang indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar