Ingin novel yang hangat yang menemani malam hari di Surabaya yang lagi dingin hawanya? Novel ini bisa jadi pilihan menarik buat kamu.
Menemukannya tak sengaja di antara fanfiksi Xena: Warrior Princess, penulis bernama pena Dabkey memajang karyanya di website fan dari serial Xena di tahun 2005 yang kemudian dibukukan dan terbit tahun 2007. Setahuku ini adalah novel tunggal dari penulis ini, karya lainnya dapat dinikmati dalam kumpulan cerita.
Robyn Ward digambarkan memiliki daya tarik luar biasa, mulai dari daya tarik seksual dari kakinya yang ramping dan panjang juga suaranya yang serak dan seksi hingga kemampuan memasak ditambah kekuatan fisik sebagai pelari yang biasa menggencet atlet tenis kelas dunia dan usahanya yang keras untuk hidup dalam dunia layar kaca yang kejam, dan merupakan aktris yang sedang naik daun. Kadang ia harus tinggal berdua dengan Caidence 'Caid' Harris, si gadis Bir, karena ditempatkan dalam satu trailer saat menjadi bintang tamu serial TV berjudul 9th Precinct di mana Caid merupakan aktris reguler bersama Elizabeth 'Liz' Ann Stokley. Dan dari sinilah cerita bergulir.
Memakai satu tokoh yaitu Caid sebagai pemilik sudut pandang, hal ini membuat kita bisa menikmati naik turunnya emosi Caid dan tak ribet dalam memahami cerita novel. Plot ringan dengan dialog dan humor-getir-amarah-kegelisahan-drama yang adekuat serta pengenalan tokoh yang berjalan alamiah dan tak terduga ini membuatku tergila-gila pada buku ini hingga membacanya tiga kali (dan memaksa diri untuk membaca buku-buku lain serta mengerjakan tugas yang terlupa karena ini buku) lagi setelah menyelesaikannya kali pertama. Contohnya adalah saat aku seperti halnya Robyn, tidak mengerti mengapa Caid bisa berteman baik dengan Liz yang tampak berpusat pada diri sendiri di awal novel, menjadi orang yang berpikir bahwa Liz itu kiyut di akhir membaca novel ini.
Hubungan pertemanan dalam pekerjaan yang berusaha dijaga oleh Caid, dan mendapat sambutan baik oleh Robyn, berujung menjadi janjian makan malam dan olahraga bersama yang membuat perasaan Caid terhadap Robyn semakin tak keruan. Terlebih perhatian Robyn saat Caid mengalami kecelakaan saat bersepeda gunung membuat Caid semakin yakin bahwa Robyn menyimpan keinginan yang sama. Serial TV yang sedang dalam masa tayang dan karir yang mulai menanjak menjanjikan skandal di setiap para tokoh tertangkap kamera, mulai dari Robyn yang keguguran tapi malah sang tunangan Josh Riley tidur dengan Caid, tersebarnya foto Caid berciuman dengan brondong tak bernama, sampai hilangnya Caid saat liburan dengan trailernya ditemukan bercak darah dan terbakar. Seluruh peristiwa semakin membuat hubungan tarik ulur Robyn dan Caid semakin membingungkan, namun jangan kuatir, novel ini punya akhir bahagia kok.
Mungkin memang daya tarik seksual dalam buku bertema seksual (lesbian itu soal seksualitas, kan?) tertentu kadang terlalu dilebih-lebihkan, namun mengingat latar belakang cerita adalah kehidupan artis maka hal semacam mapan dan glamor dan memiliki wajah (dan tubuh) sangat menarik tentu bukanlah hal aneh, sehingga memberi kesan bahwa cinta dan seks adalah satu walau perjalanan Caid dalam memperjuangkan cinta menjadi benang merah yang menyatukan ini buku dari awal hingga akhir.
Sebenarnya aku berharap banyak terhadap penulis ini, mendapatinya hanya memiliki satu novel membuatku berpikir bahwa penulis menyia-nyiakan bakatnya. Tapi setiap orang memiliki permasalahan sendiri, dan mungkin itu adalah sesuatu yang tidak bisa dibagi pada orang lain. Suatu hari kuharap K. E. Lane dapat 'terbebas' dari 'lingkaran'nya dan menunjukkan pada dunia bahwa dia merupakan penulis yang punya potensi besar untuk menjadi besar.
Dari bacaan novel lesbianku sejauh ini, sulit menemukan tandingan buku ini, sehingga aku yang sebenarnya menyiapkan buku Lies We Tell Ourselves milik Robin Talley yang merupakan buku favoritku tahun 2016 dengan amat rela menunda menulis ulasan buku Robin dan memilih mengulas Robyn dalam buku And Playing the Role of Herself. Ini buku amat sangat kurekomendasikan betul.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar