the barking wolf

the barking wolf
not a lone wolf

Kamis, 20 Oktober 2016

Renungan yang Tertunda

Tiba-tiba aku mengerti, mengapa mantan teman sekamarku ikut bersikap sama sepertiku terhadap mantanku. Tiba-tiba aku mengerti mengapa mantan teman sekamarku sangat cemas bilamana aku kembali berbaikan dengan mantan kekasihku. Berbaikan sebagai kekasih maksudnya. Dan kenapa dia selalu menanyakan tentang kemungkinan kami bisa bersama lagi, dan selalu aku bersikeras kalau mantanku tidak akan datang kembali. Seolah aku memberikan harapan padanya?

Apakah ternyata semua ini salahku saat perasaannya tumbuh untukku (dan mematikan perasaannya pada kekasihnya, yang juga sahabatku) karena aku tak sengaja menyuburkannya dengan pupuk kebersamaan?

Sungguh pun, kupikir saat itu dia menawarkan solusi untukku. Aku yang tengah depresi dan dia memberi jalan menawarkan supaya aku tak hidup sendiri ditelan sepi yang akan semakin menguatkan rendah diri. Kupikir dia bersikap peka karena tak ingin apa-apa, hanya persahabatan.

Padaku dia bilang bahwa dia mencintai kekasihnya. Rindu tiap hari, merasa bertanggung jawab terhadap perbaikan hidup sang kekasih dan banyak hal yang membuatku bisa lebih terbuka dan lebih ramah kepadanya karena merasa mendapatkan sahabat yang peka dan tahu bagaimana menyikapi satu sama lain.


Ini quotes bikin aku manggut-manggut setuju.


Ternyata pada teman yang pernah menjadi tamu, dia bilang jatuh cinta padaku dan ingin memperjuangkan rasa itu.

Pada kekasihnya, yang juga sahabatku, dia bilang bukan aku penyebab keruntuhan hubungan mereka. Dia bilang bahwa cinta itu menyebalkan dan akan menjauh dari aku dan dia, setelah dengan jelas dan terus terang di hadapan keduanya aku bilang bahwa aku tak memiliki rasa apa-apa terhadap mantan teman sekamarku itu.

Lalu pada mantannya, yang juga temanku di masa lalu, dia bilang bahwa ketika hubungan cinta dia bermasalah, dia selalu berpaling perasaannya padaku. Apakah itu tidak berarti dia membanding-bandingkan diriku dengan para kekasihnya?

Dan saat aku tidak ingin menanggapi seluruh penjelasannya, karena aku telah tahu semua di atas dari mulut mereka sendiri dan tak ingin melakukan konfrontasi, karena aku tak ingin membuatnya malu dan ingin dia membunuh rasa terhadapku, dia malah menuduhku menginjak-injak harga dirinya dan mengatakan aku tak tahu diuntung.

Bila dia memang murni bermaksud baik dengan ingin mengentaskanku dari permasalahan dan menjadi sahabatku, apakah dia harus bersikap sedemikian terluka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar