the barking wolf

the barking wolf
not a lone wolf

Sabtu, 22 Oktober 2016

Beyond the Boundary: Kita Ini Orang-Orang Sendiri, Bie, Macam Rangga...

'Breaking through the silence
we met in an inevitable encounter
for both our sakes.
In your mournful eyes
I see a reflection of regrets
enveloped in sorrow, you’ve blossomed beautifully.'*

Ini adalah terjemahan Inggris dari Daisy oleh Stereo Dive Foundation, merupakan original soundtrack dari anime Kyoukai no Kanata (Beyond the Boundary). Genre-nya bukan yuri (girl loves girl with hentai) maupun shoujo-ai (girl loves girl without hentai), bercerita tentang pemburu hantu/setan/makhluk jejadian dengan karakter-karakter yang berantakan dalam urusan cinta. Aku suka anime ini karena sedang dalam fase yang sama, berantakan urusan cinta, dan tertawa bersama Jacqui mengetawai jalan hidup sendiri tentang asmara. Jomblo rapuh berkarat, tertiup angin bersanding debu...

'The flower that fuses into someone’s life.
Hey, do you see it, too?
I’m sure you do...'*

Tapi ada satu bagian anime ini yang menohokku, tentang festival. Satu dari karakter anime ini, Mitsuki, adalah orang yang menghindari kedekatan dengan orang lain. Kata-kata kakaknya, Izumi, selalu dipegang erat-erat tentang bahwa orang-orang seperti mereka mesti sendiri (kemudian Mirai memberikan alasan bahwa justru orang-orang sendiri macam mereka-lah yang mestinya datang ke festival-festival seperti ini). Aku memahami hal itu, sih, mereka tidak boleh mempunyai kelemahan karena akan dimanfaatkan oleh pihak musuh. Tapi hidupku enggak perlu seperti itu, kan? Tapi ternyata aku juga tipe yang menutup diri karena takut dilukai. Hahaha...


Tokoh dalam anime Kyoukai No Kanata; Nase Mitsuki (rambut panjang hitam), Nase Hiroomi (rambut pendek hitam), Kanbara Akihito (rambut pirang pendek) dan Kuriyama Mirai (rambut merah muda).

Namun kemudian ada bagian lain dari anime ini yang menohokku akan satu hal lain, yaitu penyesalan tidak akan pernah meninggalkanmu meskipun kamu berupaya membuat cerita baru lagi dan lagi. Ada banyak hal yang tak bisa kamu ambil kembali, tapi kamu bisa belajar untuk tidak membuat kesalahan yang sama. Biarkan ia menghantuimu agar kamu tak kembali melakukan hal yang sama.

'Let’s paint over all the mistakes we’ve made.
A new start line will always be there if we want to start over.
Let’s make our future different from the past
our small hope will paint a new start line.'*

Suatu hari aku yakin Sang Pemilik Cerita akan mempertemukan aku, dan Jacqui, dengan orang yang harus kami temui demi keberlangsungan hidup (hati) kami. 

'I never say goodbye.
That’s how I always am.'*

Episode favorit: nomer 6, Shocking Pink, sangaaat lucu!

Quotes favorit (episode 7: Color of Clouds): "That was the bell's memory. Lost... Confused... Losing sight of myself, I grow desperate and struggled. Every time I heard the sound of the bell, I struggled."

*Lagu Daisy, dipopulerkan oleh Stereo Dive Foundation

Kamis, 20 Oktober 2016

Renungan yang Tertunda

Tiba-tiba aku mengerti, mengapa mantan teman sekamarku ikut bersikap sama sepertiku terhadap mantanku. Tiba-tiba aku mengerti mengapa mantan teman sekamarku sangat cemas bilamana aku kembali berbaikan dengan mantan kekasihku. Berbaikan sebagai kekasih maksudnya. Dan kenapa dia selalu menanyakan tentang kemungkinan kami bisa bersama lagi, dan selalu aku bersikeras kalau mantanku tidak akan datang kembali. Seolah aku memberikan harapan padanya?

Apakah ternyata semua ini salahku saat perasaannya tumbuh untukku (dan mematikan perasaannya pada kekasihnya, yang juga sahabatku) karena aku tak sengaja menyuburkannya dengan pupuk kebersamaan?

Sungguh pun, kupikir saat itu dia menawarkan solusi untukku. Aku yang tengah depresi dan dia memberi jalan menawarkan supaya aku tak hidup sendiri ditelan sepi yang akan semakin menguatkan rendah diri. Kupikir dia bersikap peka karena tak ingin apa-apa, hanya persahabatan.

Padaku dia bilang bahwa dia mencintai kekasihnya. Rindu tiap hari, merasa bertanggung jawab terhadap perbaikan hidup sang kekasih dan banyak hal yang membuatku bisa lebih terbuka dan lebih ramah kepadanya karena merasa mendapatkan sahabat yang peka dan tahu bagaimana menyikapi satu sama lain.


Ini quotes bikin aku manggut-manggut setuju.


Ternyata pada teman yang pernah menjadi tamu, dia bilang jatuh cinta padaku dan ingin memperjuangkan rasa itu.

Pada kekasihnya, yang juga sahabatku, dia bilang bukan aku penyebab keruntuhan hubungan mereka. Dia bilang bahwa cinta itu menyebalkan dan akan menjauh dari aku dan dia, setelah dengan jelas dan terus terang di hadapan keduanya aku bilang bahwa aku tak memiliki rasa apa-apa terhadap mantan teman sekamarku itu.

Lalu pada mantannya, yang juga temanku di masa lalu, dia bilang bahwa ketika hubungan cinta dia bermasalah, dia selalu berpaling perasaannya padaku. Apakah itu tidak berarti dia membanding-bandingkan diriku dengan para kekasihnya?

Dan saat aku tidak ingin menanggapi seluruh penjelasannya, karena aku telah tahu semua di atas dari mulut mereka sendiri dan tak ingin melakukan konfrontasi, karena aku tak ingin membuatnya malu dan ingin dia membunuh rasa terhadapku, dia malah menuduhku menginjak-injak harga dirinya dan mengatakan aku tak tahu diuntung.

Bila dia memang murni bermaksud baik dengan ingin mengentaskanku dari permasalahan dan menjadi sahabatku, apakah dia harus bersikap sedemikian terluka?

Rabu, 19 Oktober 2016

10 Lagu Favorit Sampai Oktober 2016 (Edisi Belum Selesai)

1. My All oleh Mariah Carey

Sulit mengenyahkan lagu ini dari posisi puncak sejak bertahun-tahun, katakanlah sembilan belas tahun, lalu saat pertama kali mendengarnya dari kaset milik kakak perempuanku (album #1 milik Mariah Carey). Bagi penyuka hal sederhana macam diriku sudah tentu menemukan rasa nyaman luar biasa mendengar alunan musiknya, lagu ini sangat mudah untuk ukuran Mariah Carey dan nama Carey selalu akan menjanjikan rasa yang sangat classy dalam setiap sentuhan nada. Spanish Guitar (yang terinspirasi dari kepergian Carey ke Puerto Rico) dan dentuman drum groove yang 'nendang' hatiku dengan pas, ditambah rasa desperate Carey yang nyata (karena tengah akan bercerai dengan Tommy Mottola, suaminya saat itu) dan video klip yang menggambarkan lamunan Mariah Carey tentang cintanya yang hilang dan perasaan mengambang akan hal tersebut yang diwujudkan dalam dia menyanyi di atas kapal yang terbalik, menggambarkan sebuah hubungan yang kandas, dan mengambang di tengah perairan, liriknya yang jujur dan rapuh, I just love all about this song.


Selain itu, ada satu OTP (one true pairing) yang menurutku lagu ini amat sangat cocok untuk jadi lagu karakter miliknya, tentu ada satu tokoh ini yang aku sangat suka melihat dia desperate akan cintanya pada satu tokoh lain.

Kebanyakan aku suka versi live dari sebuah lagu, tapi khusus satu ini, aku sangat suka edisi rekamannya. Versi live-nya menurutku sudah kehilangan roh desperate-nya.

Paling suka saat epilog lagu, "I'd give my all for your love tonight...," dinyanyikan dengan nada paling rendah milik Carey.


2. Landslide oleh Fleetwood Mac

Lagu ini tentang Bapak.


Aku harus bilang bahwa ini lagu liriknya sangat indah, sangat menggambarkan perasaan, kegelisahan dan pertanyaan-pertanyaan anak kepada bapaknya (atau orang yang dicintainya), saat ia akan melangkah meninggalkan rumah (atau sebuah hubungan yang ia sudah sangat nyaman di dalamnya).

Paling suka saat lirik, "Oh mirror in the sky what is love? Can a child within my heart rise above? Can I sail through the changing ocean tides? Can I handle the season of my life? I don't know... Well, I've been afraid of changing cause I've built my life around you, but time makes you bolder, children get older, I'm getting older, too..."


3. Wajah Kekasih oleh Siti Nurhaliza

Siapa yang tak terkenang cinta pertama?


Bukannya tak menyukai atau tak cinta produk Indonesia, tapi lagu ini benar-benar 'ngena' saat aku jatuh cinta kali pertama. Lagi-lagi karena perasaan desperate-nya. Lagi-lagi mungkin karena dentuman drumnya yang menggelora di hati. Liriknya indah dan santun, seperti innocence yang berusaha dijaga kala pertama memiliki hasrat. Lalu sang pemilik hasrat memutuskan mengubur hasrat itu dalam doa (cieee huwek byor). Tapi lagu ini memang menggambarkan perasaanku mengenai cinta pertama, darinya aku belajar cinta tak harus memiliki. Bahwa rasa ingin memiliki itu bisa dikontrol. Dan lirik yang puitis membuatku semakin platonis saja, hehehe...

Paling suka saat epilog lagu, "Kumengharapkan ikatan kasih sayang antara kita akan terlaksana jua. Walaupun impian dalam kekaburan, kuyakin padaMu oh Tuhan..."


4. Kandas oleh Evie Tamala (duet)

Siapa yang tak pernah cintanya kandas?


Saat menjadi pasangan, aku selalu menjadi satu yang setia dan belajar memahami. Selalu disangka menjadi satu yang kurang memiliki kesabaran dan kurang dalam mencintai. Sehingga sering pasanganku berpaling dan mengingkari janji, dan baru memahami prosesku bertahun-tahun sesudahnya, lalu tak jarang tertarik ingin kembali bersama saat segala kondisi tidak lagi memungkinkan (bagiku untuk mengatakan iya).

Kadang kamu memiliki pasangan yang kedewasaannya melesat jauh melewatimu saat kalian tumbuh bersama sebagai pasangan dan kamu mungkin kehilangan jejak saat mengikutinya. Tak mengapa. Mungkin kalian memang tak ditakdirkan untuk bersama.

Tidak ada lirik yang paling aku suka dari lagu ini, aku suka dangdut yang santun dan duet yang indah. That's all.


5. Be Without You oleh Mary J. Blige

Siapa yang tidak ingin hubungan cinta yang kuat dan sehat yang bukan merupakan percintaan satu fase saja?


Lirik lagu ini, yang keduanya saling tidak berbohong, tidak membuat yang lain menangis, tidak saling melakukan perbuatan di belakang yang lain lalu menutupinya, saling setia, tentu saja semua orang ingin punya cerita demikian dalam cintanya.

Walaupun liriknya terlalu utopis, aku sangat suka lagu ini terutama di bagian pembuka dan penutupnya.


6. Takkan Hilang oleh Shakila/Vandina


Versi Shakila maupun Vandina, aku suka keduanya. Bahkan versinya Tulus pun, meski salah lirik, masih termaafkan karena penyanyinya tidak menyanyikannya tanpa jiwa. Siapa yang tak pernah dianggap remeh sebagai mantan, namun sebaliknya, bagi kita cerita bersamanya sangat indah?


Separuh bertepuk sebelah tangan, lagu ini banyak mewakili kisah cintaku. Beberapa lagu milik Anang Hermansyah, sang pencipta lagu, sebenarnya nongol di playlist-ku, tapi jika harus memilih maka lagu ini punya kekuatan paling mumpuni untuk menendang hatiku.



7. How Am I Supposed to Live Without You oleh Michael Bolton/Laura Branigan/Christian Cuevas/Laura Fygi

Lagu ini pada tahun 1982 dibawakan oleh Laura Branigan, namun pada tahun 1989 Michael Bolton membawakannya sendiri dan aku bersyukur lagu ini sampai pada telingaku atas kontribusi kakak-kakakku yang menggilai lagu-lagu bagus semacam lagu ini dan Careless Whisper di akhir 80an dan awal 90an (di mana aku masih pakai popok dan baju TK).


Pada masa remaja, Micheal Bolton got me missing exes that never existed. Kini setelah memiliki banyak mantan, Bolton berhasil menarikku pada emosi yang paling dalam perihal mencintai dan ditinggal pergi kekasih yang kucintai. Siapapun yang pernah ditinggalkan kekasihnya setelah melangkah bersama sekian lama (dan atau setelah kekasihnya mapan/punya mimpi jadi nyata) pasti akan baper (terbawa perasaan) mendengar lagu ini.



Lirik favorit:
Now, I don't wanna know about the price I'm gonna pay for dreaming
Now that your dream has come true
Tell me how am I supposed to live without you
Now that I've been loving so long?

Selasa, 18 Oktober 2016

Luluh Lantak

'Mine, immaculate dream made breath and skin
I've been waiting for you
Signed, with a home tattoo,
Happy birthday to you was created for you'*


Peace, kedamaian, adalah sesuatu yang rapuh. Kedamaian dalam jiwa. Kedamaian dalam mencintai seseorang selama tujuh tahun lalu semuanya pecah berantakan karena kesalahan yang kau perbuat, dan kesalahan yang pasanganmu buat.


Dan aku bersumpah selamanya belajar dari pelajaran ini.

'(can not forgive from falling apart at the seams
Can not believe you're taking my heart to pieces)'*


Bahwa setiap kali kamu pecah berantakan, takkan ada orang lain, pun orang yang paling kamu cintai, yang mampu merekatkanmu kecuali apa yang ada dalam dirimu sendiri. Dan tak semestinya kamu sesali bahwa dirimu telah menjadi pecah berantakan.

'Oh, it'll take a little time,
Might take a little crime
To come undone now'*


Oh, tidak, aku takkan datang padamu untuk menyesali berakhirnya kisah kita. Sudah kukatakan, aku takkan menyesal pernah pecah berantakan. Kau boleh menunggu seribu tahun untuk itu. Kau takkan pernah datang padaku pula untuk kembali. Akan kubujuk hatiku untuk menyudahi penantian mimpi. Karena mimpi cumalah mimpi dan aku tak ingin menyesaki dada sendiri.

'We'll try to stay blind
To the hope and fear outside
Hey child, stay wilder than the wind
And blow me into cry'*


Dan setelah mendapati apa yang kamu percayai membuatmu utuh ternyata meluluhlantakkanmu, pada siapa kamu berpaling? Pada siapa kamu bersandar setelah memunguti rasa percaya yang berserakan? Kamu bisa merubah dirimu menjadi penuh kepahitan, kamu bisa memilih untuk menjadi bijaksana melangkah dalam mencoba sekali lagi.


'Who do you need, who do you love
When you come undone?'*


Dan janji, kau pernah mengucap janji bukan? Dan satupun kau tepati tentang kita?

'Words, playing me deja vu
Like a radio tune I swear I've heard before
Chill, is it something real
Or the magic I'm feeding off your fingers?'*


Pada siapa akhirnya kau berpaling? Siapa yang akhirnya kau cintai? Aku tak berharap tahu. Tapi seandainya kau benar belajar dari pelajaranmu tentangku, kuharap aku menyaksikan itu dan saat itu kuharap kau tahu apa yang telah kau lakukan padaku.

'Lost, in a snow filled sky,
we'll make it alright
To come undone now'*


*Lagu oleh Duran Duran, Come Undone

Kamis, 13 Oktober 2016

The Beauty of 1950’s: A Vintage Two Girls in Love Adventure (Ulasan Film Carol)

Every little pieces of love, of love,
I'll give you everything*

“She’s young. Tell me you know what you’re doing.”

Demikian yang dikatakan oleh Abby, teman sekaligus mantan Carol, saat (keduanya?) merokok dan membicarakan rencana perjalanan yang akan Carol lakukan dengan keinginan mengajak Therese bersamanya.

Adaptasi dari novel The Price of Salt (ditulis oleh Patricia Highsmith dengan menggunakan nama pena Claire Morgan), yang tahun 1990an judulnya menjadi Carol, ditulis oleh Phyllis Nagy (screenplay) dan disutradarai oleh Todd Haynes. Elizabeth Karlsen (produser) menunggu bertahun-tahun untuk mendapat hak demi mengangkat buku ini ke dalam layar kaca dan membujuk Nagy, dan aku sungguh berterima kasih atas kesabaran itu sehingga film yang begitu indah tercipta (dan mewarnai pelangi hidupku).

Enam nominasi Oscar disabet, sinematografinya membuatku seperti kanak-kanak yang terpesona dengan setiap pigora yang disajikan, selain karena latar waktu film adalah zaman bapakku (yang dulu aku sering menghabiskan waktu nonton MGM bersama bapak film Audrey Hepburn Love in the Afternoon tak peduli berapa kalipun film itu diputar), akting para pemerannya pun membuatku sangat hanyut dalam cerita meski aku bukan tipe pecinta drama.

Film ini sangat perempuan dan didukung oleh dua aktris dengan akting luar biasa yang membuatku sangat menikmati film ini, bahkan intonasi suaranya membuatku membeli sound system yang baik demi mendengar tiap dialognya dengan teliti. Rooney Mara seperti cermin perempuan yang jatuh cinta pada perempuan lain yang jauh lebih tua, atau yang telah menikah (dan mempunyai anak). Kate Blanchett dengan senyum anggun dan ‘aku punya rahasia’ yang sangat memikat tentang perempuan separuh baya (walau dalam buku Carol digambarkan sebagai perempuan usia awal tiga puluh, seperti usiaku dan aku tidak punya bahasa tubuh maupun daya tarik ‘older woman’ milik Carol -sigh) juga membuatku tak bisa tidak melihat film ini berulang-ulang.

You make me weak, girl you stand out from the crowd,
You are so strong never let life get you down
I can't go on, pretending I don't see
Just how good I'd be for you
And how good you'd be for me*

Therese dan Carol bertemu kali pertama dan langsung saling jatuh cinta. Carol tengah mencari hadiah natal untuk putrinya sedang Therese pramuniaga yang melayaninya. Carol sengaja meninggalkan sarung tangannya di counter Therese dengan harapan ada tindak lanjut pertemuan (dalam buku diceritakan bahwa Therese mengirimkan kartu ucapan selamat natal secara spontan ke Carol yang kemudian terjadi tindak lanjut). Dan itulah yang terjadi.



Therese (atas) dan Carol pada pandangan pertama

Di tengah perseteruan atas hak asuh anak dengan suaminya, Carol memutuskan melakukan perjalanan, sebagai pelarian, dengan mengajak Therese. Bunga cinta musim dingin tumbuh subur di antara keduanya.


And it doesn't matter how hard I try,
I can't suppress this feeling, this feeling inside
I think I'm falling*

Sebenarnya aku tak bisa menyalahkan sikap frustrasi Harge, Carol sangat yummy, melihat perempuan yang kau cintai jatuh cinta sama orang lain itu tidak mudah (dan ini menjadi satu alasan kenapa aku merasa film ini tak punya antagonis, atau malah kedua perempuan tokoh utama inilah tokoh antagonisnya).

Perbedaan kedua karakter dalam menyikapi jatuh cinta pun menjadi poin krusial yang menyokong cerita. Keduanya punya masa kini yang harus dilepas bila ingin bersama, satu tak ragu-ragu meninggalkan seluruh yang dia miliki, satu lagi memiliki terlalu banyak hal dan pertimbangan untuk satu hidup baru.

Cuka menilai plot film ini terlalu lambat dan membosankan. Menurutku pas, malah adegan Therese patah hati ditinggal Carol itu terlalu cepat, dan tidak membosankan karena sangat mengaduk emosi sehingga alur tak bisa dibuat maju cepat. Perbedaan usia kedua tokoh malah jadi kekuatan dalam film ini, aku suka bahasa tubuh Carol dalam menenangkan Therese. Aku suka bahasa tubuh Therese dalam usaha menenangkan dirinya sendiri.

Latar musik tidak mendayu-dayu atau mengagetkan seperti kebanyakan film tahun limapuluhan, tapi mungkin karena ini adalah film modern yang diramu untuk menyesuaikan novel sehingga penataan musik dilakukan dengan teknologi terkini.

Yang paling kusukai dari tahun empatpuluh-limapuluhan adalah orang-orang yang berpakaian dan berambut rapi. Pembawaan diri yang anggun, gambaran karakter yang punya sifat berpikir dulu sebelum beraksi, mobil antik, sepeda pancal, foto-foto, dan banyak hal yang mengingatkanku pada bapak. Bapakku orang kelahiran empat puluh.

Meskipun warna-warni dalam film ini terlihat suram dan kusam, namun akhir cerita yang bahagia -entah keduanya akhirnya bersama selamanya atau tidak, yang penting keduanya diisyaratkan memiliki masa depan bersama berdua- tidak biasa untuk ukuran cerita romansa lesbian di tahun limapuluhan, dan berdasawarsa-dasawarsa kemudian (mungkin sampai Curious Wine milik Katherine V. Forrest atau Annie On My Mind yang ditulis Nancy Garden), yang kebanyakan tidak berakhir bahagia.

Parodi film Carol pada penghargaan Independent Spirit.

Dirilis tahun 2015, film ini merupakan film drama lesbian favoritku di tahun itu. Dan sepertinya tahun ini masih sama menjadi favorit.

Adegan favorit: saat Therese (yang penampilannya Audrey Hepburn banget) memainkan piano dan Carol berjuang dengan kontrol dirinya. Aku suka tangannya Rooney Mara, aku fetish tangan. Dan aku suka perempuan dengan kontrol diri yang baik. I'm in love with Therese!

Sometimes in life, you can search forever more,
Searching for love, never able to be sure
Be sure your heart won't be broken up inside,
'Cause inside the realm of love
There's nowhere to run or hide*

*Lagu yang dipopulerkan Ant & Dec dengan judul Falling