Waktu nyari buku agenda di Gramedia, tiba-tiba mataku melihat judul buku ini. The Seven Husbands of Evelyn Hugo oleh Taylor Jenkins Reid. Gak nyangka bakal diterjemahkan Indonesia dan terbit di Gramedia.
Buku ini salah satu bestseller versi New York Times, tokoh berkisar pada LGBT mulai tahun 1960an yang hidup melewati jaman hingga belasan tahun setelah 2000. Ada Rock Hudson di dalam cerita ini, tercetus pada ucapan Celia terkait Ronald Reagen tidak menggarisbawahi pentingnya advokasi AIDS di masa itu mungkin karena stigmanya (yang masih menempel pada penyakit tersebut sampai sekarang).
Buku ini tak membuatku penasaran, mungkin karena aku sudah membaca versi aslinya, sehingga aku tak menghabiskannya dalam semalam. Evelyn Hugo adalah karakter unik yang biasa dimiliki oleh perempuan-perempuan kuat: tahu apa yang diinginkan dan bagaimana cara mendapatkannya. Kecuali dia tidak pernah memaksa orang lain untuk sesuatu yang tidak menguntungkan, tipe negosiator atau pebisnis atau politikus yang awet karir politiknya, orang seperti ini menikah tujuh kali tidak aneh bagiku. Tapi orang seperti ini punya cinta sejati berbentuk manusia...well, it's getting interesting. Kalau orang yang gila kerja mending menikah dengan kerjaan saja, maka orang seperti Hugo harusnya nikah sama kepentingan saja.
Dulu saat merindukan Ayah, aku suka nonton film MGM, terutama film-filmnya Audrey Hepburn. Jauh sebelum tahun Hepburn, ada buku berjudul The Seven Wives of Bluebeard yang aslinya dari Prancis berdasarkan orang yang hidup di abad 15-an yang suka membunuh istrinya. Namun tak jauh sebelum tahun Hepburn ada film yang disadur dari cerita Bluebeard yang berjudul Bluebeard's Eighth Wife yang aku yakin sekali merupakan ide awal dari pembuatan Ketujuh Suami Evelyn Hugo. Claudette Colbert yang memerankan istri ke delapan Bluebeard berusaha memecahkan misteri kenapa Bluebeard menikah 7x sebelum menikah dengannya dan apa yang salah dari pernikahan sebelumnya yang dia tak ingin terjadi di pernikahannya kali ini. Claudette Colbert sendiri konon 'ada hubungan' dengan Marlene Dietrich, sesama aktris yang sempat menghebohkan dunia karena menggunakan tuksedo dalam sebuah film tahun 1930an dan menjadi simbol legenda keberagaman saat ini, terlepas betapa heteronormatifnya Colbert.
Ketujuh Suami Evelyn Hugo bercerita tentang seorang aktris bernama Evelyn Hugo yang sedang mempersiapkan buku biografinya. Hugo walaupun sangat terkenal di jamannya mampu menyimpan rahasia dengan rapat dan hidup dengan penuh privasi meskipun punya karakter yang haus terutama di masa mudanya. Lembar demi lembar buku ini sangat terasa sebagai terjemahan, sehingga sulit menangkap emosi tanpa bantuan penjabaran detail. Bukan berarti aku kecewa, tapi apa gerangan yang membuat penulis fanfiksi Indonesia kalah dengan penulis fanfiksi luar dalam menulis cerita fanfiksi berkualitas? Apakah melulu harus ide baru yang mendapatkan penghargaan?
