Buku Favoritku bulan Oktober ini adalah Under Your Skin yang ditulis Lee Winter. Tahun ini aku banyak sekali membaca buku fiksi lesbian, terima kasih pandemi. Di antara yang kubaca adalah Love's Portrait karya Anna Larner, Red Files (Lee Winter), Flashbang (Lee Winter), Poppy Jenkins oleh Clare Ashton, Breaking Character (Lee Winter), Finding Jessica Lambert oleh Clare Ashton, dan the Brutal Truth oleh Lee Winter. Itu belum termasuk buku-buku lama yang kuulang kembali dan baru-baru ini aku menemukan buku Tujuh Musim Setahun milik Clara Ng dan Janji Sepasang Kekasih dari Dinasti Ming (Ernest J.K. Wen).
Namun menulis resensi itu hal yang sama sekali berbeda dengan membaca buku, jadi aku belum bisa membahas buku tersebut satu persatu.
Under Your Skin merupakan buku sekuel dari Red Files dan Flashbang. Berkisah tentang persiapan pernikahan Catherine Ayers dan Lauren King, yang di sela-sela itu mereka masih harus bekerja karena urgensi waktu.
Catherine dan Lauren merupakan sepasang kekasih yang berprofesi sebagai wartawan politik di Washington DC. Bekerja pada biro yang berbeda tak menghalangi keduanya melakukan investigasi bersama untuk sebuah tulisan. Kali ini cerita mereka melibatkan emosi dan pemikiran dari tilik diri Catherine, bukan Lauren saja. Hal ini wajar mengingat buku ini lebih banyak terpusat pada Catherine walau tak meninggalkan peran Lauren dan persiapan pernikahan mereka.
Catherine bukan hanya dihadapkan oleh mantan kekasih yang menghancurkan karirnya dulu, tapi juga permasalahan keluarga serta harus keluar dari zona nyamannya. Hal terakhir tentu menjadi krisis bagi orang di dasawarsa ke-5, namun juga bisa menjadi bagian dari pengokoh hubungannya dengan Lauren.
Hematku, Under Your Skin ini tak seberat Red Files. Awal membaca buku Lee Winter tentang Catherine dan Lauren (Red Files) ini aku harus rutin membuka kamus karena luasnya kosa kata penulis sehingga aku yang biasanya kuat mengira-ngira maksud dari Bahasa Inggris yang tak kumengerti menjadi penasaran akan makna sebenarnya. Di Under Your Skin aku sudah terbiasa dengan luwesnya Lee dalam memilih kata, ini membuat buku ini sulit berhenti kubaca sebelum selesai satu buku penuh.
Misteri berkutat pada aplikasi (dan chip) perusahaan keluarga Catherine yang menyasar veteran dan orang yang lemah di mata politik. Catherine dan Lauren berusaha menyingkap selubung tujuan utama Ayah Catherine dan rekan kerjanya, dan menggagalkan pendataan medis yang nyata dapat mengancam perorangan secara identitas. Hal ini tentu kembali pada isu lama, yaitu profit dalam politik itu selalu tidak sehat. Tentu hak asasi bukan ranah yang ramah untuk politik apalagi profit, namun politik takkan menarik tanpa hak asasi sebagai pemanis bibir.
Gak bisa gak jatuh cinta lagi dan lagi sama Catherine Ayers yang intens. Aku terus mengulang lirik lagu yang dinyanyikan oleh Blue berjudul Breathe Easy terutama verse pertama:
Cruel to the eye I see the way (s)he makes you smile
Cruel to the eye watching him (her) hold what used to be mine
Why did I lie?
saat terakhir Lauren berkonfrontasi dengan Michelle Hastings. Lagu ini seperti diambil dari sudut pandangnya Stephanie (Hastings).
Under Your Skin lebih mudah dinikmati ketimbang Red Files. Walau penggemar slow burn romance, namun membaca buku ini seperti bertemu teman lama dan ingin mengetahui kabar bahagia mereka lebih lanjut.
Untuk penggemar misteri dan politik, buku ini menarik.
Favorite scenes: sesi bercinta Lauren dan Catherine saat bulan madu. Kalau aku ngirim proposal threesome kira-kira Catherine bakal insult aku sekejam apa ya?
Favorite quotes: "God, I want to go again, but I'm still a bit wiped. After all, I had two lovers keeping me on my toes yesterday. You and Ayers." Lucky bitch Lauren.
