the barking wolf

the barking wolf
not a lone wolf

Minggu, 20 Mei 2018

Ulasan Film Disobedience (2017): People at Their Peak of Maturity

Boleh jadi film ini tak sefenomenal Carol, dan tak sepanas Blue Is the Warmest Color. Tapi perkara bagaimana konflik tumbuh dan bagaimana tokoh-tokohnya berkembang, film ini bisa dibandingkan dengan kedua film sebelumnya.

Ronit dan Esti

Film keluaran tahun 2017 ini dibesut oleh Sebastian Lelio yang tahun 2018 menggondol Oscar untuk kategori Best Foreign Language Film berkat film bertema LGBT A Fantastic Woman. Sebastian juga menulis screenplay Disobedience bersama Rebecca Lenkiewicz yang ikut menggondol Oscar tahun 2015 kategori Best Foreign Language Film berkat Ida.
Rachel Weisz, Rachel McAdams, dan Alessandro Nivola menjadi tiga tokoh sentral dalam film ini, berturut-turut sebagai Ronit Krushka, Esti Kuperman, dan Dovid Kuperman. Di Indonesia Rachel Weisz dikenal sebagai protagonis dalam The Mummy dan The Mummy Returns, sedangkan penggemar Doctor Strange akan akrab dengan teriakan “Christine…!” yang sang akrtris adalah Rachel McAdams.

Ronit, Esti, dan Dovid menyambut hari Sabat dengan menyalakan lilin.

Konflik dalam diri masing-masing tokoh dibangun dengan halus dan dapat diprediksi, namun bagaimana mereka menyelesaikan permasalahan dengan tetap berada dalam ikatan persahabatan yang kuat ini membuat akhir bahagia memiliki definisi baru.
Ronit, pada awal cerita digambarkan sebagai jiwa bebas yang meninggalkan segala yang dia cintai bertahun-tahun lalu. Meski begitu, dengan berjalannya waktu dia digambarkan 'New York banget', karakter Ronit terlihat seperti 'gadis kecil modern yang kehilangan pegangan'. Ronit cenderung kabur dari masalah atau memilih jalan pintas saat menghadapi rasa 'insecure' atau duka. Tampak jelas di prolog film, bagaimana dia 'couping' terhadap kabar meninggal Ayahnya dengan alcohol, seks, dan menyobek baju yang seolah itu dapat melapangkan himpitan dalam dadanya. Demikian juga saat dia menghadapi keluarga dan orang-orang dalam komunitas Ayahnya, dia cenderung berkata dulu lalu baru berpikir belakangan sehingga menjadikan suasana semakin tidak menyenangkan.

Ronit Krushka diperankan oleh Rachel Weisz.

Esti punya karakter berkebalikan dengan Ronit, meski keduanya sama-sama mendambakan kebebasan. Esti merupakan old flame dari Ronit, yang kini sudah menjadi istri sepupu Ronit, Dovid. Esti digambarkan sebagai istri yang patuh, seorang guru, tipe penonton dari aksi-reaksi Ronit-Dovid, namun apabila dia menginginkan sesuatu dialah inisiator dari aksi tersebut.

Esti Kuperman diperankan oleh Rachel McAdams.

Dovid digadang-gadang sebagai pengganti dari Ayah Ronit untuk memimpin kelompok agama mereka. Meskipun sebenarnya tidak memiliki kepribadian yang hangat, Dovid digambarkan sebagai lelaki yang bertanggung jawab walau kadang punya watak superior yang mungkin disebabkan oleh beban di pundaknya. Dovid bersedia menampung Ronit dengan carut marutnya untuk sementara, dan menjadi sahabat yang aktif membantu Ronit walau dia sebenarnya tak tahu mengapa Ronit menyempatkan kembali pulang ke rumah saat Ayahnya meninggal.

Dovid Kuperman diperankan oleh Alessandro Nivola.

Dalam film, mereka tidak hanya dikatakan tumbuh bersama, namun juga digambarkan secara langsung dalam plot persahabatan yang indah. Orang-orang yang merasakan kepedihan namun tak mendendam.
Adanya eksekusi dari penulis screenplay perempuan membuat Disobedience terasa sebagai film lesbian dari kacamata sesama perempuan, beda dengan Blue Is the Warmest Color. Sekalipun menitik beratkan tema kebebasan, yang salah satunya mengenai seksualitas, dan dibintangi dan diproduseri oleh aktris super duper menarik, Disobedience tidak serta merta menjadikan itu komoditas yang dieksploitasi secara stereotip. Disobedience juga berhasil keluar dari tipe film lesbian yang menjadikan laki-laki sebagai ‘kambing hitam’, malahan menjadikan Dovid sebagai tokoh yang layak dicintai seperti karakter Hector dalam Imagine Me & You. Hal ini akan mendukung kenyataan bahwa untuk menjadi lesbian tidak melulu diharuskan ada lingkungan yang kondusif untuk menjadikan seseorang menjadi lesbian.

Beautiful people at their peak of maturity.

Dialog pada Disobedience jangan dibayangkan semanis Carol. Sutradara cenderung mengeksplor karakter lewat visualisasi dalam 114 menit film, seperti halnya banyak film independen lain namun dengan maksud yang tidak sulit dicerna. Satu-satunya yang sulit dicerna barangkali adalah adegan seks meludahi mulut, sangat mengganggu untuk orang yang belajar kehigienisan dan yang mengganggu satu lagi yaitu desahan-desahan yang mirip film porno yang tidak cuma terjadi saat adegan seks.
Film ini kurekomendasikan banget, karakter-karakter dalam tokoh dieksekusi secara baik oleh para actor film. Plot sederhana yang membumi, dan konflik yang tidak meledak-ledak membuat film ini terasa membosankan, namun terbayar pasti dengan wajah manis dan cantik milik Rachel Weisz.
Quotes favorit: "It's easier to leave, isn't it?"
Adegan favorit: saat mereka bertiga berpelukan.