the barking wolf

the barking wolf
not a lone wolf

Jumat, 30 Juni 2017

Ulasan Novel Highland Fling dan Flinging It

Lagi hobi baca-baca novel lesbian yang dilematis. Bukan dilematis yang patut dikasihani, sih. Sebab ini dilema terkait kata fling, kasarnya: selingkuh.


Highland Fling oleh Anna Larner merupakan novel debut untuk sang pengarang. Bercerita tentang Eve yang punya kekasih idaman jadi nyata: berusia lebih tua, punya mobil tipe tertentu, dengan rambut model tertentu tapi tentu saja tanpa bonus kejutan besar di balik semua itu.

Moira, sang perempuan idaman Eve, sebenarnya patut mendapatkan empati. Bisa jadi merupakan cerminan banyak perempuan Indonesia yang murni lesbian, namun terjerat oleh pesan-pesan moral orang 'normal' dan situasi serta kondisi. Ketika tiba masa dia jatuh cinta, mendadak seluruh tanggung jawab yang dia pikul menjadi asing dan ingin dia tanggalkan.

Dengan latar Skotlandia, negeri para Highlander, Larner membawa kita pada kisah cinta yang ringan dan mengalir dengan wajar. Meski perbedaan usia membuatku merasa bahwa ke depannya hubungan mereka bisa menyakitkan, Larner mampu mempertemukan kedua tokoh pada kompromi yang logis. Memang sesuai dugaan awal yaitu terburu-buru dalam kebersamaan, tapi Eve dan Moira memang sedari awal digambarkan mempunyai kehangatan yang satu arah dan walau Eve masih mempunyai impulsivitas yang menakutkan, Moira dengan waktu bisa mengimbanginya atau malah bisa menghidupkan antusiasme dan keremajaan dalam diri Moira yang telah lama hilang. Aku suka cara Larner membangun konflik dalam diri Moira saat Eve datang ke Newland kali kedua. Apik dan halus.

Jujur, aku menangis berkali-kali saat membaca highland Fling. Aku, somehow, tak bisa melepaskan novel ini dari bayangan film Carol. Bagiku ini adalah versi modern dari film Carol. Novel ini sangat perempuan dan aku tak bisa menahan antusiasme untuk membayangkan novel ini diangkat ke layar lebar dengan latar Skotlandia yang menawan.

Sebenarnya aku ingin mengintip kelanjutan cerita Eve dan Moira tapi novel ini kemungkinan besar takkan memiliki sekuel. Sekedar tips, bagi penyuka novel Inggris (UK) barangkali novel ini tidak terlalu 'Inggris' tapi ada beberapa istilah yang aku musti buka kamus untuk tahu arti sebenarnya apa.

Buku ini barangkali bukan favorit banyak orang, tapi bagiku buku ini ditulis dengan peka dan indah. Dialog antar karakter disajikan dengan apik. Gambaran Larner tentang Skotlandia, terutama Highland, membuatku ingin serta merta mengunjunginya. Sementara orang-orang mungkin lebih suka pada karakter Eve yang pemalu, lovely, sekaligus berani, aku langsung jatuh hati pada Moira yang lembut, hangat dan penuh privasi.

Moira dan Eve jelas dua karakter yang berbeda. Dari dua dunia yang berbeda. Dari ketinggian yang berbeda. Larner menjelaskan kedua tokoh dengan baik, begitu pula dengan persahabatan Eve dan Rox. Cerita berjalan dengan mulus, tanpa aku bisa berhenti membaca, dengan kejutan yang membuatku berkali-kali menangis. Somehow I really drowned in Moira's privacy and knew exactly just what Eve felt to be left outside alone. Untukku yang punya hubungan selama tujuh tahun dengan orang yang terlihat ramah, easy going namun penuh privasi, 'mendobrak' dinding Moira terasa terlalu cepat. Atau mungkin aku memang bukan 'the right one' seperti Eve.

Buku ini berbeda, itu pendapatku, dari romansa lesbian kebanyakan. Tapi tentu saja tetap berakhir bahagia.

Favorite quotes: "It was magical --being with you." -Eve.


Flinging It oleh G. Benson ini merupakan novel Australia. Istilah Australia tak banyak ada dalam novel ini (ini agak sok tahu ya karena aku belum banyak baca novel Australia sebelumnya), jadi selain latar seperti nama kota, novel ini tak banyak beda dari novel keluaran Amerika (maklum, aku kuper banget kalau masalah buku, bacaannya buku Amerika melulu). Tentu saja dalam hatiku, karena ini novel Australia, berharap ada Indonesia disebut-sebut karena kedekatan geografis. Dan, gayung bersambut, Indonesia memang ada di sini walau salah menyebut 'merah' dengan 'mereh'.

Novel ini, seperti novel Benson sebelumnya, berlatar belakang medis. Cora, salah satu tokoh utama, berprofesi sebagai petugas sosial dalam rumah sakit yang tokoh lainnya adalah kepala bidan bernama Frazer.

Cora, istri bos Frazer, merasa terjebak dalam pernikahan yang tak lagi ada cinta, membutuhkan teman sungguhan dan teman 'tidur'. Secara emosional lelah oleh perilaku suaminya dan mulai melakukan selingkuh emosional dan seksual.

Sulit sebenarnya empati pada tokoh pada buku ini namun memang ini gambaran yang lumrah didapati pada kehidupan lesbian di atas umur tiga puluh. Kalau tidak selingkuh ya jadi selingkuhan.

Mungkin ini saja ulasan bukuku di Bulan Juni. Toh aku masih suka berkutat di bukunya Gerri Hill: One Summer Night dan No Strings. Dan untuk kesekian kalinya membaca kembali Highland Fling.