Sering kali aku ditanya, “Apa yang membedakan cinta sejati dari cinta lainnya?” Jawaban awalku adalah “kontrol diri.”
Hanya sedikit pasangan kekasih yang bisa menghadapi cobaan dari diri sendiri untuk tahunan yang panjang. Banyak pasangan kekasih punya bekal untuk cinta abadi, tapi kontrol diri yang tidak dikuasai dengan baik perlahan membuat perjalanan cinta dilanda kebosanan atau tiba-tiba merasa diri jatuh cinta/sangat tertarik pada orang lain.
Belajar mengontrol diri sendiri, sayangnya, merupakan kebutuhan pokok untuk cinta dalam bentuk apapun. Cinta dalam persahabatan, cinta antara dua insan, cinta orang tua dan anak, cinta terhadap pekerjaan dan karir, semua tak luput dari naik turun suasana perasaan, kondisi keuangan, afek seperti komunikasi dan toleransi. Kata ‘cinta’ merangkum banyak hal di dalamnya, membuat orang yang dimabuk cinta tak memiliki tanda pasti jatuh cinta karena curahan hati (curhat) yang timbul bisa saja satu emosi negatif atau emosi positif.
Berdasarkan survey awur-awuran dari curhat berkepanjangan pada admin, separuh dari lesbian mengalami permasalahan kontrol diri. Dari tiga sub-grup lesbian yang paling dikenal, 33% dari lesbian dalam grup butch, 33% grup femme, 33% androgini mengalami setidaknya satu kali kehilangan kontrol diri yang memporak-porandakan hubungan cinta mereka. Lebih dari separuhnya mendatangi via koneksi data, website-website lesbian atau tergabung atau berteman dengan sesama lesbian. Sering terjadi jalinan cinta yang tidak mendidik diri ataupun pasangan, sesama lesbian menikung lesbian lain, atau problematika sosial terjadi karena kurangnya kontrol terhadap diri sendiri.
THE PERILS OF TOLERANCE
Alasan nomor satu dari sulitnya kontrol diri adalah toleransi yang terlalu longgar terhadap kesalahan diri, atau kesalahan orang yang dicintai, yang bisa berupa terlalu cepat memaklumi atau melakukan pembiaran terhadap kesalahan yang sering terjadi.
Kita membatasi toleransi berlebihan ini pada masing-masing pasangan. Banyak lesbian yang baru putus ditanya, “Apa perbedaan yang akan kamu lakukan untuk kisah cinta berikutnya?” Mereka kebanyakan menjawab, “Akan memperbaiki diri dan lebih mengenal calon pasangan lagi sebelum memutuskan jalan bersama,” tanpa menyadari bahwa pernyataan satu berkebalikan dengan pernyataan kedua. Satu mereka percaya orang bisa berubah dan dua, mereka percaya orang tidak akan berubah.
MEMBACA TANDA DAN MEWASPADAI LUKA
Seperti tubuh atlet, hati sepasang kekasih juga rentan cedera. Nyatanya sepasang kekasih harusnya bisa membedakan cedera yang perlu dengan cedera yang tak perlu. Sepasang kekasih sering mngartikan bahwa semakin pasrah terhadap pasangan maka cinta itu semakin dalam. Sebenarnya dalam kamus cinta sejati, tidak ada keinginan untuk menyakiti, bahwa sepasang kekasih membantu satu sama lain dalam berbagai hal. Ketika pasangan bertindak sesuka hati terhadap hal yang tidak kita setujui dan mengesampingkan peran kita adalah tanda bahaya yang musti dikenali, untuk kemudian kita putuskan apakah hal permasalahan tersebut perlu kita waspadai atau tidak.
Satu sisi kita harus melakukan kontrol diri terhadap prasangka kita, di sisi lain kita harus mengkoreksi apa kira-kira yang membuat pasangan bersikukuh demikian. Hal ini tentu perlu kontrol diri dalam komunikasi baik dengan verbal maupun bahasa tubuh.
SEMUA BERAWAL DARI NIAT, TAPI SIKAP KONSISTEN TERHADAP NIAT JUGA HARUS DIPELIHARA
Niat baik jelas dimiliki kebanyakan sepasang kekasih saat memulai hubungan. Namun apakah diiringi dengan sikap yang konsisten terhadap niat itu adalah pekerjaan rumah yang harus dijawab masing-masing individu sebagai bekal mawas diri.
PASTIKAN HUBUNGAN CINTA BUKAN SEKEDAR PAS KEBUTUHAN
Jadi, seorang lesbian pernah gagal dalam percintaan -atau seorang perempuan baru menyadari bahwa dirinya lesbian lalu ingin untuk kali pertama menjalin relasi dengan sesama perempuan- berikutnya apa?
Aku punya dua kriteria untuk pemilihan pasangan (bukan untuk menjadi tolak ukur yang bisa diterapkan di siapa saja): satu, ada dalam hubungan dengan pasangan itu suatu kondisi tawar menawar dan dua, poin nomor satu dilakukan dengan jujur dan terbuka. Tentu ada hal-hal spesifik lain yang dibutuhkan dan berbeda antara satu perempuan dengan perempuan yang lain.
PASANGANMU BUKAN GIGI TONGOS YANG KAMU SIBUK BIKIN PAGAR UNTUK MENCEGAH GERAK-GERIKNYA, KAMU JUGA JANGAN BERSIKAP SEPERTI GIGI TONGOS
Sering cemburu punya mata pisau bersisi dua, melukai dirimu dan pasanganmu. Pasangan yang tak bisa membatasi diri juga akan merubah hubungan cinta menjadi tidak menyenangkan, boro-boro pingin cinta sejati kalau suka tebar pesona sana-sini.
SAAT KALIAN MEMANG PERLU JEDA
Pastikan jeda yang kalian butuhkan memang untuk kebaikan kalian berdua, bukan untuk membuat salah satunya merasa lebih bebas atau merasa lebih nyaman. Pasangan yang baik, yang tentu dibutuhkan untuk perjalanan menuju cinta sejati, akan membantumu merancang dan menerapkan masa depan. Dia akan menyediakan ruang dan waktu untukmu tumbuh di luarnya dan sebagai kualifikasi, kisah cinta dia dan mantannya bisa kamu jadikan satu wacana pembelajaran (walau ini sangat tergantung dengan siapa yang mengisahkan cerita).
Coba telaah kembali hubungan kalian saat menjalani jeda, apa yang ingin kalian rubah, atau kalian kompromikan. Berhati-hatilah dalam memberi toleransi. Pastikan kalian berdua memahami tujuan yang ingin kalian capai berdua sebelum memutuskan lepas atau terus. Membuat orang yang kita cintai merasa aman, nyaman dan bahagia bersama kita adalah kewajiban bagi seorang kekasih, jika ada ketimpangan maka apakah cocok disebut separuh jiwa?

